Asal-Usul Pohon Soekarno yang Menghijaukan Padang Arafah

Asal-Usul Pohon Soekarno yang Menghijaukan Padang Arafah

 
Gambar 1.1. Pohon Soekarno yang ditanami sepanjang kawasan Padang Arafah
Kawasan Arafah di Arab Saudi yang dikenal sangat gersang dan terik, kini menghijau berkat ide dan kontribusi presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno. Soekarno-lah yang mengusulkan Padang Arafah untuk ditanami pepohonan agar jamaah haji bisa lebih nyaman beribadah. Pohon yang ditanami di Arafah kini dinamakan Pohon Soekarno.
 
Pada tahun 1955, Soekarno menunaikan ibadah haji ke tanah suci. Daratan Arab Saudi memang dikenal sebagai negara dengan wilayah yang sangat gersang. Suhu udara di sana dapat mencapai 50ºC saat siang hari.
Gambar 1.2. Pohon Soekarno yang rimbun menjadi tempat berteduh bagi para jamaah haji saat wukuf di Arafah
Soekarno melihat bahwa tandusnya Padang Arafah membuat banyak jamaah merasa kepanasan dan mudah lelah. Akhirnya Soekarno berinisiatif untuk mengusulkan agar Padang Arafah ditanami pepohonan pada Raja Arab Saudi, yaitu Saud bin Abdulaziz al-Salad.
 
Karena ide Soekarno sangat brilian, Raja Saud mengabulkan usulan tersebut. Penanaman pohon di Arafah dilakukan melalui proyek kesejahteraan wakaf yang diprakarsai oleh Abdul Rahman Fakieh, seorang pengusaha Arab terkemuka saat itu. Abdul Rahman sangat antusias dengan proyek tersebut, bahkan rutin peninjau lahan penanaman setelah salat Subuh.
Gambar 1.3. Pohon mindi atau Pohon Soekarno yang bersemi dan tumbuh subur di kawasan Arafah
Pohon yang ditanam di Padang Arafah ini bukan sembarang pohon. Soekarno sengaja memilih pohon yang kokoh dan rindang yang tahan terhadap cuaca ekstrem dan wilayah tandus. Pohon ini yaitu pohon mimba atau pohon mindi. Akhirnya pohon yang ditanami sepanjang kawasan Arafah ini dijuluki Pohon Soekarno atau Syajarah Sukarno.
 
Pohon dengan nama latin Melia Azedarach ini dapat tumbuh di daerah beriklim tropis maupun subtropis. Pohon mindi umumnya ditemukan di tempat yang kering, seperti di pinggir jalan, atau di hutan yang terbuka. Tidak heran, pohon tersebut dapat tumbuh subur di Arab Saudi, terutama di Padang Arafah yang tandus.
Pohon ini termasuk kedalam golongan pohon yang cepat tumbuh. Dalam dua tahun, tinggi pohon ini bisa mencapai 4-5 meter. Tak hanya berfungsi sebagai tempat berteduh bagi para jamaah haji, pohon mindi juga memiliki banyak khasiat.

Gambar 1.4. Pohon mindi atau Pohon Soekarno yang ditanami sepanjang jalan di kawasan Arafah
Ketika jamaah haji mendirikan tenda di Arafah di sela-sela pohon tersebut, ia tidak mengalami gatal-gatal selama bermalam di tenda. Daun pohon mimba dikenal sebagai tanaman obat yang mampu menyembuhkan berbagai penyakit kulit dan radang.
 
Tak hanya mengusulkan ide penanaman pohon, Soekarno juga mengirim ribuan bibit pohon mindi beserta ahli tanaman dari Indonesia untuk mengawasi proyek tersebut. Pohon mindi ini ditanam di kawasan Arafah seluas 1.250 hektar menggunakan tanah subur dari Indonesia dan Thailand.
Gambar 1.5. Keakraban pertemuan Presiden Soekarno dan Raja Saudi tahun 1955
Setiap berjarak 5 meter, terdapat pohon mindi. Ada yang tumbuh tinggi sekitar 8 meter hingga 20 meter, namun ada pula yang masih kecil dengan tinggi sekitar 2 meter. Tak hanya ditanami di Arafah, kini Pohon Soekarno dilestarikan dan ditanam di tepi jalan di Kota Mekah, Madinah, Jeddah, Riyadh, dan Thaif, yang berfungsi sebagai perindang.
 
Selain berjasa atas penghijauan area di Padang Arafah, Soekarno juga berjasa atas pembuatan tiga jalur tempat sa’i. Seperti diketahui, kini tempat sa’i terbagi menjadi tiga jalur, dengan jalur pertama adalah dari Bukit Safa ke Bukit Marwa. Jalur kedua dibuka dari Bukit Marwa ke Bukit Safa. Sedangkan jalur ketiga khusus diperuntukkan bagi jamaah lansia dan disabilitas.
Jasa besar Soekarno ini merefleksikan eratnya hubungan antara Indonesia dengan Arab Saudi.
Berkat ide dan kontribusinya, saat hendak kembali ke Tanah Air, Soekarno pun mendapatkan hadiah kiswah atau kain penutup Ka’bah dari Raja Saud. Masya Allah ya, Sahabat!.

 

Share :

Rahasia Sejuknya Lantai Masjidil Haram, Terbuat Dari Marmer Termahal di Dunia!

Rahasia Sejuknya Lantai Masjidil Haram, Terbuat Dari Marmer Termahal di Dunia!

 
Gambar 1.1.Rahasia sejuknya lantai Masjidil Haram di Mekah meski di bawah cuaca terik.
 
Melaksanakan shalat di Masjidil Haram adalah impian semua umat Islam. Apalagi sensasi kenyamanan yang dirasakan saat shalat di sekeliling Ka’bah, karena lantainya yang terasa sejuk meski di tengah cuaca terik.
 
Sebenarnya apa rahasia di balik sejuknya lantai Masjidil Haram, meski matahari bersinar sangat terik?
Gambar 1.2.Salah satu gunung marmer putih di Thassos, Yunani.
 
Reasahalharamain, sebuah lembaga yang mengurusi dua masjid kota suci, yaitu Masjidil Haram di Mekah dan Masjid Nabawi di Madinah, mengungkapkan alasan mengapa lantai masjid terasa dingin meskipun cuaca panas. Ternyata bukan karena ada mesin pendingin atau AC di bawah lantai masjid, lho, Sahabat. Namun, sejuknya lantai Masjidil Haram karena terbuat dari marmer berkualitas tinggi.
 
Dikutip dari Saudi Gazette, marmer tersebut didatangkan langsung dari daerah bernama Thassos di Yunani, sehingga dinamai marmer Thassos. Sejak zaman kuno, daerah Thassos telah dikenal sebagai penghasil marmer putih berkualitas yang digunakan oleh orang Romawi untuk membangun bangunan dan monumen megah.
Marmer Thassos memiliki kristal warna putih salju yang membuatnya berkilau jika terkena pancaran cahaya. Tak hanya digunakan di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, marmer Thassos juga digunakan di Masjid Hagia Sophia, Istanbul-Turki. Masya Allah, pasti lantainya sangat indah dan cantik ya, Sahabat!

Gambar 1.3.Bongkahan marmer putih di Thassos, Yunani yang dibawa dan diolah secara khusus di Arab Saudi.
 
Marmer Thassos berasal dari batuan alam. Batuan alam ini dapat menghambat perpindahan panas dari sinar matahari atau cuaca ekstrem. Inilah mengapa penggunaan marmer Thassos dapat membuat lantai dapat menyerap panas dan lebih sejuk.
 
Marmer Thassos juga dapat menyerap kelembaban di malam hari. Tak hanya itu, ketika marmer Thassos dijadikan pelapis dinding, marmer mampu meredam kebisingan suara yang berasal dari luar bangunan.
Khusus untuk Masjidil Haram, marmer Thassos diimpor dalam bentuk bongkahan batu langsung dari Yunani, kemudian diolah dan dibentuk secara khusus di Arab Saudi. Marmer Thassos di Masjidil Haram dipasang dalam bentuk persegi panjang yang tebalnya 5 cm. Tingkat ketebalan ini turut mempengaruhi kesejukan lantai, lho, Sahabat.

Gambar 1.4.Proses pembangunan lantai Masjidil Haram dengan menggunakan marmer Thassos.
 
Berkat marmer Thassos, lantai Masjidil Haram tetap dingin walau suhu di Mekah bisa mencapai 50 derajat Celcius. Marmer Thassos tak hanya dipasang di area pelataran dan bagian dalam masjid, tapi juga di area tawaf, sehingga Sahabat tidak perlu berjingkat kaki karena kepanasan saat siang hari.
 
Karena keistimewaannya ini, marmer Thassos merupakan salah satu marmer termahal di dunia. Berdasarkan situs Alibaba, harga marmer Thassos yang langsung didatangkan dari Yunani mencapai USD 200 atau sekitar Rp 2.87 juta per meter persegi.
Konon diceritakan, bahwa arsitektur di balik pembangunan lantai Masjidil Haram dan Masjid Nabawi adalah Muhammad Kamal Ismaeel. Ia adalah insinyur dan arsitek Mesir, yang pernah mencetak rekor sebagai orang termuda yang dikirim ke Eropa dan mendapatkan tiga gelar doktor dalam Arsitektur Islam.

Gambar 1.5.Salah satu gunung marmer putih di Thassos, Yunani.
 
Sewaktu membeli marmer Thassos untuk Masjidil Haram, Muhammad Kamal langsung menuju Yunani. Ia membeli marmer untuk Masjidil Haram, hampir setengah dari gunung marmer yang ada di Yunani. Setelah proyek pembangunan Masjidil Haram selesai, pemerintah Arab Saudi meminta Muhammad Kamal kembali memasang marmer yang sama di Masjid Nabawi.
 
Saat Kamal kembali ke Yunani untuk menanyakan marmer yang tersisa, ternyata setengah gunung marmer sisanya telah dibeli orang lain. Perlu diketahui, marmer ini bukan material yang dihasilkan dari pabrik, melainkan terbuat dari batuan alam, jadi cukup terbatas jumlahnya.
Gambar 1.6.Jamaah dapat menikmati sejuknya lantai di Masjidil Haram meski cuaca terik dan tidak menggunakan alas kaki.
 
Muhammad Kamal pun mencari tahu siapa pembeli marmer tersebut. Akhirnya ia menemukan alamat pembelinya, yaitu sebuah perusahaan di Arab Saudi. Lalu ia mendatangi kantor perusahaan tersebut. Rupanya, semua marmer masih ada dan belum digunakan sama sekali.
 
Muhammad Kamal menyodorkan cek kosong dan meminta pemilik marmer menuliskan nominal yang diinginkan, berapa pun besarnya. Namun, saat pemilik perusahaan tahu marmer itu akan digunakan untuk pembangunan Masjid Nabawi, ia menolak marmernya dibeli.
“Allah yang membuat saya membeli marmer ini. Itu artinya marmer ini memang sudah ditakdirkan Allah untuk Masjid Nabawi,” katanya. Sang pemilik marmer akhirnya menyumbangkan marmer Thassos yang dibelinya untuk pembangunan Masjid Nabawi. Masya Allah ya, Sahabat!

 

Share :