Nikmatnya Kerja Sekaligus Ibadah, Intip Gaji Pekerja dan Askar Masjidil Haram!

Nikmatnya Kerja Sekaligus Ibadah, Intip Gaji Pekerja dan Askar Masjidil Haram!

 
Gambar 1.1.Bekerja menjadi petugas kebersihan di Masjidil Haram
Mekah, Arab Saudi memang salah satu kota yang banyak dihuni oleh Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Bahkan, banyak pula WNI yang bekerja di Masjidil Haram, lho, Sahabat! Mulai dari petugas kebersihan, pekerja konstruksi, driver, hingga askar Masjidil Haram.
 
Kira-kira, berapa gaji para pekerja atau TKI di Masjidil Haram ya, Sahabat? Yuk kita bedah!

Peluang dan Gaji Bekerja di Arab Saudi

 
Gambar 1.2.Peluang dan gaji bekerja di Masjidil Haram, Arab Saudi
Menjadi pekerja atau TKI di Arab Saudi merupakan salah satu peluang kerja yang cukup menggiurkan. Banyak peluang kerja terbuka, mulai dari petugas kebersihan, pekerja konstruksi, driver, askar di Masjidil Haram, Asisten Rumah Tangga (ART), hingga pekerja kantoran.
 
Upah minimum Arab Saudi pun lebih tinggi dibandingkan di Jakarta. Mengutip dari Bloomberg, upah minimum Arab Saudi yaitu sebesar 1.500 SAR atau sekitar Rp 6.2 juta. Rentang gaji para TKI di Indonesia pun cukup beragam, berkisar dari Rp 4 juta hingga Rp 63 juta, tergantung profesinya.
Namun, yang perlu dipertimbangkan jika Sahabat tertarik bekerja di Arab Saudi adalah besaran biaya hidupnya. Biaya hidup di Arab Saudi meliputi tempat tinggal, makan dan minum, transportasi, komunikasi, belanja bulanan, kesehatan, serta hiburan dan rekreasi.
 
Biaya hidup di Arab Saudi relatif mahal, hampir sama seperti di Jakarta, yaitu sekitar 1.020 SAR atau Rp 4.2 juta. Namun, angka ini menyesuaikan dengan kebutuhan pribadi dan bagaimana cara Sahabat mengelola keuangan.

Gaji TKI sebagai Petugas Kebersihan Masjidil Haram

Gambar 1.3.Petugas kebersihan di Masjidil Haram, Mekah
Tak terkecuali di Masjidil Haram, banyak WNI yang menjadi pekerja atau TKI sebagai petugas kebersihan di Masjidil Haram. Kepresidenan Umum untuk Urusan Dua Masjid Suci Arab Saudi menurunkan sebanyak 2.200 – 4000 pekerja untuk membersihkan Masjidil Haram setiap harinya.
 
Ribuan petugas kebersihan di Masjidil Haram ditugaskan di area yang berbeda. Ada yang bertugas membersihkan area pelataran, area dalam, area toilet dan tempat wudhu, dan ada pula yang bertugas mengumpulkan dan membuang sampah di area Masjidil Haram.
Berdasarkan wawancara dalam YouTube Alman Mulyana, seorang petugas kebersihan di Masjidil Haram mengaku bekerja selama 7–8 jam per harinya. Waktu bekerja di Masjidil Haram sendiri dibagi menjadi 3 shift:
  • Shift 1 mulai dari pukul 05.00 – 13.30 Waktu Mekah
  • Shift 2 mulai dari pukul 14.00 – 21.30 Waktu Mekah
  • Shift 3 mulai dari pukul 10.00 – 06.00 Waktu Mekah
Gambar 1.4.Mess atau tempat penginapan para pekerja Masjidil Haram di area pegunungan Kota Mekah
Khusus pekerja laki-laki, mendapatkan mess atau tempat penginapan khusus di sekitar lereng pegunungan. Mess tersebut dilengkapi dengan pertokoan, laundry, barber, dan bus yang khusus diperuntukkan bagi pekerja Masjidil Haram.
 
Dengan profesi sebagai petugas kebersihan di Masjidil Haram dan fasilitas lengkap, ia mengaku digaji 1.400 SAR atau sekitar Rp 5.8 juta. Angka ini masih lebih besar dari upah minimum pekerja di Jakarta.

Gaji TKI sebagai Pekerja Konstruksi Masjidil Haram

Gambar 1.5.Pekerja konstruksi di Masjidil Haram yang bekerja di perusahaan konstruksi Bin Laden Group
Seperti halnya petugas kebersihan, pekerja konstruksi yang bekerja untuk Bin Laden Group di Masjidil Haram pun mendapat fasilitas yang memadai. Mulai dari tempat penginapan, makan, serta asuransi kesehatan.
 
Dalam sehari, mereka bekerja selama 8 jam. Namun, pengecualian saat bulan Ramadhan, mereka bekerja hanya sampai pukul 10.00, tapi tetap mendapat gaji pokok.
 
Gaji pokok pekerja konstruksi di Masjidil Haram berkisar antara 1.200 SAR – 1.300 SAR atau sekitar Rp 4.9 juta – 5.3 juta.

Gaji TKI sebagai Askar Masjidil Haram

Gambar 1.6.Askar di Masjidil Haram yang bertugas menjaga keamanan
Jika Sahabat melihat petugas berseragam cokelat atau loreng-loreng yang berjaga di sekitar Ka’bah saat waktu shalat, itulah Askar yang bertugas menjaga keamanan di Masjidil Haram.
 
Pada musim haji, Kerajaan Arab Saudi mengerahkan hingga 7.000 personel Askar untuk membantu meningkatkan keamanan di Masjidil Haram.
 
Dalam satu bulan, gaji seorang Askar berkisar antara 4000 SAR – 7000 SAR atau sekitar Rp 16 juta – Rp 29 juta. Namun, karena jam kerjanya yang cukup singkat, hanya 6 jam per hari, banyak Askar yang mencari pekerjaan sampingan sebagai driver. Masya Allah ya, Sahabat!
Tak hanya bekerja, mereka yang menjadi pekerja di Masjidil Haram juga berkesempatan shalat di depan Ka’bah, bahkan menunaikan ibadah umroh lebih mudah. Tentu ini adalah keuntungan yang menggiurkan jika Sahabat tertarik menjadi pekerja di Masjidil Haram.

 

Share :

Bani Syaibah, Pemegang Kunci Ka’bah Selama Ribuan Tahun

Bani Syaibah, Pemegang Kunci Ka’bah Selama Ribuan Tahun

 
Gambar 1.1. Tampak pintu Ka’bah dan grendel kunci Ka’bah

Sama seperti rumah, Ka’bah juga memiliki pintu dan kunci. Tidak semua orang bisa masuk ke dalam Ka’bah. Hanya orang tertentu yang diizinkan Raja Arab Saudi yang diperbolehkan masuk ke Ka’bah. Lantas, siapa yang ditugaskan menyimpan dan memegang kunci Ka’bah?
 
Dilansir dari Al-Arabiya, bahkan sebelum Islam datang, ada sosok terpercaya yang ditugaskan untuk menyimpan kunci Ka’bah, yaitu Qushay bin Kilab. Siapakah Qushay bin Kilab?

Qushay bin Kilab, Sosok Penjaga Ka’bah

Gambar 1.2. Tampak pintu Ka’bah dan grendel kunci Ka’bah
Mengutip dari buku “Mekkah: Kota Suci, Kekuasaan, dan Teladan Ibrahim”, dahulu kaum Quraisy membagi tiga jabatan untuk mengelola Kota Mekah. Pertama, al-Sadanah, yang bertanggung jawab untuk merawat Ka’bah, termasuk menjaga kunci Ka’bah. Selanjutnya al-Siqayah, yang bertugas menyiapkan air bagi mereka yang berziarah ke Ka’bah. Terakhir, al-Rafadah, yang bertugas untuk menyediakan akomodasi dan konsumsi bagi para jamaah yang datang ke Ka’bah.
Qushay bin Kilab merupakan sosok yang dipercaya sebagai al-Sadanah atau penjaga Ka’bah. Qushay bin Kilab merupakan leluhur Rasulullah Saw yang juga keturunan Nabi Ismail. Bukan hanya sebagai pemegang kunci Ka’bah, Qushay bin Kilab juga memegang peran penting di departemen pengairan, departemen logistik, dan parlemen.
 
Qushay bin Kilab merupakan sosok yang dipercaya sebagai al-Sadanah atau penjaga Ka’bah. Qushay bin Kilab merupakan leluhur Rasulullah Saw yang juga keturunan Nabi Ismail. Bukan hanya sebagai pemegang kunci Ka’bah, Qushay bin Kilab juga memegang peran penting di departemen pengairan, departemen logistik, dan parlemen.
 
Qushay bin Kilab memiliki tiga putra, yaitu Abdul Dar, Abdul Manaf (kakek buyut Nabi Muhammad SAW), dan Abdul Uzza. Abdul Manaf sangat dihormati di antara bani-bani lainnya karena kebijaksanaan dan ketegasannya.
 
Awalnya, Qushay bin Kilab ingin memercayakan pengurusan Ka’bah pada Abdul Manaf. Namun, sesaat sebelum wafat Qushay bin Kilab memberikan hak menjaga Ka’bah pada Abdul Dar sebagai bentuk penghormatan pada anak tertua. Sejak saat itu, tugas penjagaan Ka’bah beserta kuncinya diwariskan pada anak pertama keturunan Abdul Dar.

Bani Syaibah sebagai Pemegang Kunci Ka’bah

Gambar 1.3. Fathu Makkah, pembebasan Kota Suci Mekah
Hingga pada peristiwa Fathu Mekah, Utsman bin Thalhah yang diwariskan menjadi juru kunci Ka’bah. Namun, saat Rasulullah Saw ingin masuk ke dalam Ka’bah, ternyata Ka’bah terkunci. Banyak yang menuduh Utsman tidak beriman, karena saat Rasulullah Saw datang, Ka’bah justru dikunci.
 
Rasulullah Saw pun meminta Ali bin Abi Thalib untuk mengambil kunci Ka’bah dari Utsman. Ali pun pergi menemui Utsman dan meminta kunci itu. Namun, di luar dugaan, Utsman menolak memberikan kunci Ka’bah kepadanya, karena ia mengira bukan Rasulullah Saw yang memintanya langsung. Akhirnya Ali merebut paksa kunci tersebut agar Rasulullah dapat memasuki Ka’bah.
Abbas bin Abdul Muthalib, paman Rasulullah, pun menawarkan diri untuk menjaga kunci Ka’bah. Namun, Rasulullah Saw tidak mengabulkan permintaan tersebut. Rasulullah Saw justru meminta Ali untuk mengembalikan kunci pada Utsman bin Thalhah. Ali pun pergi menemui Utsman, mengembalikan kunci Ka’bah dan meminta maaf karena telah merebutnya secara paksa.
 
Gambar 1.4. Grendel dan kunci Ka’bah yang dilapisi emas
Saat itu, Utsman terkejut karena baru mengetahui Ali mengembalikan kunci tersebut karena perintah Rasulullah Saw. Seandainya ia tahu bahwa yang meminta kunci itu adalah Rasulullah, tentu ia tidak akan menolak memberikannya. Akhirnya kunci Ka’bah kembali ke tangan Utsman bin Thalhah.
 
Menjelang Utsman wafat, ia mewariskan kunci Ka’bah pada saudaranya, yaitu Syaibah. Begitulah seterusnya hingga saat ini kunci Ka’bah diwariskan secara turun-temurun pada keturunan Bani Syaibah.
Demikian sikap tegas Rasulullah Saw tentang siapa yang berhak menjaga kunci Ka’bah. Beliau tetap memberikan kepada pihak yang berhak, meski ada kerabat dekatnya yang meminta kunci Ka’bah itu.

Seperti Apa Bentuk Kunci Ka’bah?

Gambar 1.5. Saleh Al-Syaibi, sebagai pemegang kunci Ka’bah saat ini
Saat ini, kunci Ka’bah disimpan oleh Syekh Saleh bin Zaid Al-Abidin Al-Syaibi. Kunci Ka’bah disimpan dalam tas khusus yang terbuat dari sutra berwarna hijau dan emas. Sementara itu, kunci Ka’bah terbuat dari nikel dan memiliki panjang 35 cm. Kunci tersebut dilapisi dengan emas 18 karat.
 
Syekh Saleh Al-Syaibi mengungkapkan bahwa kunci Ka’bah tidak pernah berubah seiring waktu. Jika ada perubahan penampilan kunci, bisa jadi disebabkan karena kegagalan saat membuka pintu Ka’bah, maka kunci harus diperbaiki.
Gambar 1.6. Kunci Ka’bah beserta tas khusus dari sutra berwarna hijau dan emas
Namun, selain dari kunci Ka’bah yang disimpan Syekh Saleh Al-Syaibi, ada 48 kunci Ka’bah sejak masa Kesultanan Turki Utsmani yang saat ini disimpan di museum di Turki. Ada pula dua replika kunci Ka’bah yang terbuat dari emas murni yang disimpan di Arab Saudi.

 

Share :

Ajyad Makarim, Hotel Bintang 5 Favorit Dekat Masjidil Haram

Ajyad Makarim, Hotel Bintang 5 Favorit Dekat Masjidil Haram

 
Gambar 1.1. Lokasi Hotel Ajyad Makarim di Mekah yang dekat dengan Masjidil Haram
Hotel bintang 5 Ajyad Makarim adalah salah satu hotel favorit jamaah umroh yang terletak di dekat pusat Kota Mekah. Hotel Ajyad Makarim hanya berjarak 350 meter dari Ka’bah, Masjidil Haram–yang dapat ditempuh hanya dalam waktu 5 menit dengan berjalan kaki.
Gambar 1.2. Hotel Ajyad Makarim yang berdiri megah di dekat Abraj Al-Bait Tower dan Masjidil Haram
Hotel Ajyad Makarim berdiri megah di Jalan Ajyad, dekat dengan Gerbang King Abdul Aziz. Hotel ini menjadi pilihan yang tepat bagi Sahabat yang menunaikan ibadah umroh, liburan, atau perjalanan bisnis karena aksesnya yang sangat mudah menuju Masjidil Haram, jalan raya, dan bandara.
 
Dari Bandara Internasional King Abdul Aziz menuju hotel dapat ditempuh dalam waktu 45 menit menggunakan kendaraan. Hotel Ajyad Makarim juga menyediakan layanan sewa kendaraan untuk antar jemput jamaah.
Gambar 1.3. Buffet atau menu makanan prasmanan di restoran Hotel Ajyad Makarim
Hotel Ajyad Makarim juga sangat memperhatikan kebutuhan para penyandang disabilitas, dengan menyediakan lajur khusus untuk kursi roda dan toilet disabilitas. Hotel ini juga dilengkapi dengan ruangan perpustakaan, salon, fitness, kedai kopi, restoran, lounge dan area TV untuk bersantai. Tak hanya itu, terdapat layanan laundry dan room service yang tersedia 24 jam.
Gambar 1.4. Menikmati menu masakan mewah Hotel Ajyad Makarim yang diramu oleh chef kelas bintang lima
Salah satu yang menjadi daya tarik Hotel Ajyad Makarim adalah sajian masakannya yang berkelas. Hotel ini memiliki satu restoran buffet yaitu Restoran Zamzam dan dua restoran ala carte yaitu Restoran Al-Noor dan Al-Waleemah.
 
Restoran ini menyediakan berbagai varian menu, mulai dari masakan khas Indonesia, India, Timur Tengah, Turki, hingga Eropa. Seluruh menunya diramu oleh chef kelas bintang lima. Tata letak meja makan yang rapi dan alat makan yang dipastikan selalu higienis menambah kesan kenyamanan restoran ini.
Gambar 1.5. Nikmati kenyamanan penginapan di Hotel Ajyad Makarim
Di luar hotel juga terdapat restoran Faisalabad yang menyajikan menu khas Pakistan, Restoran Al-Qasr dengan menu masakan internasional, dan Starbucks. Jadi, Sahabat memiliki banyak pilihan restoran, tentunya dengan kualitas rasa yang tak diragukan lagi.
 
Dengan kapasitas 411 kamar, Hotel Ajyad Makarim memiliki tipe kamar yang bervariasi, mulai dari tipe Quadruple, Triple, Double, hingga Suite. Perbedaannya terletak pada luas kamar, ruang tamu, ukuran dan jumlah bed, jumlah kamar mandi, dan fasilitas kamar lainnya. Namun, masing-masing kamar dilengkapi dengan televisi, kulkas mini, coffee maker, mini bar, dan air mineral kemasan gratis.
Dengan fasilitas mewah dan kualitas pelayanannya yang juara, Hotel Ajyad Makarim menjadi incaran para jamaah umroh. Masya Allah! Semoga Sahabat berkesempatan untuk menikmati penginapan di hotel ini ya!

 

Share :

Hotel Mewah Tapi Murah di Madinah, Dekat dengan Masjid Nabawi

Hotel Mewah Tapi Murah di Madinah, Dekat dengan Masjid Nabawi

 

Gambar 1.1. Hotel Concorde Dar Al-Khair di Madinah dekat dengan Masjid Nabawi, hanya berjarak 830 m dengan berjalan kaki selama 11 menit
Hotel yang nyaman dan dekat dengan masjid menjadi incaran para jamaah umroh. Salah satunya adalah Hotel Concorde Dar Al-Khair, tempat penginapan mewah terdekat dari Masjid Nabawi. Jaraknya hanya 830 m dari Masjid Nabawi atau sekitar 11 menit ditempuh dengan berjalan kaki.

Lokasi Strategis dan Dekat Masjid Nabawi

Gambar 1.2. Tampak depan Hotel Concorde Dar Al-Khair, Madinah
Hotel Concorde Dar Al-Khair merupakan hotel berbintang 3 yang dekat dengan Masjid Nabawi dan pusat Kota Madinah. Lokasinya cukup strategis karena dekat dengan Bandara Pangeran Muhammad bin Abdulaziz (23 menit berkendara) dan Al-Haramain Train Station Madinah (10 menit berkendara).
 
Demi kemudahan akses Sahabat menuju hotel, Hotel Concorde Dar Al-Khair menawarkan layanan antar jemput bandara yang tersedia 24 jam, dengan harga sewa SAR 250 atau sekitar Rp 1 juta per kendaraan. Hotel Concorde Dar Al-Khair memiliki 14 lantai dengan 336 kamar. Hotel ini juga ramah terhadap penyandang disabilitas, karena memiliki lajur khusus untuk kursi roda.

Sajian Menu Khas Indonesia dan Timur Tengah

Gambar 1.3. Tampak depan Hotel Concorde Dar Al-Khair, Madinah
Lokasi Hotel Concorde Dar Al-Khair juga dekat restoran terkenal yang menyajikan masakan internasional, yaitu Restoran Al-Modeef dan Arabesque. Jaraknya dari hotel hanya sekitar 150 meter. Untuk Sahabat yang rindu dengan masakan khas Indonesia, terdapat Rumah Makan Indonesia di dekat hotel yang bisa ditempuh dalam waktu 6 menit dengan berjalan kaki.
 
Namun, di dalam Hotel Concorde Dar Al-Khair sendiri terdapat restoran yang menyajikan menu masakan khas Indonesia juga, lho, Sahabat! Ada pula restoran khas Timur Tengah bagi Sahabat yang ingin mencicipi keunikan rasa hidangan Arab Saudi.

Fasilitas Mewah dan Lengkap

Gambar 1.4. Tipe kamar Quadruple Hotel Concorde Dar Al-Khair untuk jamaah umroh
Hotel Concorde Dar Al-Khair merupakan pilihan tepat bagi Sahabat yang ingin mencari hotel murah, namun fasilitasnya mewah dan lengkap. Setiap kamar di hotel ini disediakan fasilitas AC, WiFi gratis, televisi, mini bar, electric kettle, shower, pengering rambut, dan masih banyak lagi.
 
Tipe kamar yang tersedia di Hotel Concorde Dar Al-Khair juga bervariasi. Jadi, Sahabat bisa menyesuaikan pilihan kamar dengan budget yang dimiliki. Tipe kamar yang ada di hotel ini yaitu Kamar Double (berisi 2 single bed), Kamar Triple (berisi 3 single bed), Kamar Quadruple (berisi 4 single bed), Kamar Deluxe King (berisi 1 king bed), dan Kamar Suite (dua kamar dengan 6 single bed)
Jamaah umroh Ventour akan mendapatkan tipe kamar Quadruple. Namun, bagi Sahabat yang umroh bersama pasangan atau keluarga, Sahabat bisa upgrade tipe kamar yang akan dikenakan biaya tambahan di luar dari biaya paket umroh.

Masjid Nabawi sebagai View Utama dari Kamar

Gambar 1.5. Pemandangan Masjid Nabawi yang terlihat dari jendela kamar Hotel Concorde Dar Al-Khair, Madinah
Karena letaknya yang dekat dengan Masjid Nabawi, beberapa kamar di Hotel Concorde Dar Al-Khair memiliki pemandangan indah Masjid Nabawi.
 
Itulah beberapa keunggulan yang Sahabat dapatkan jika menginap di Hotel Concorde Dar Al-Khair. Semoga bermanfaat ya, Sahabat!

 

Share :

Masya Allah! 5 Aset Megah di Mekah Untuk Jamaah Haji Asal Aceh

Masya Allah! 5 Aset Megah di Mekah Untuk Jamaah Haji Asal Aceh

 

Gambar 1.1. Penyerahan dana tunai hasil wakaf untuk jamaah haji asal Aceh oleh Badan Wakaf Habib Bugak Asyi pada 2017

Berbahagialah jika Sahabat merupakan orang Aceh yang hendak berhaji, karena setiap jamaah haji asal Aceh akan mendapatkan dana hasil wakaf dari pengusaha besar di Mekah, yaitu Habib Bugak Asyi. Dana hasil wakaf ini telah dinikmati selama lebih dari 200 tahun, lho, Sahabat! Masya Allah.
 
Siapakah Habib Bugak Asyi? Mengapa beliau sukarela memberikan dana hasil wakaf untuk jamaah haji asal Aceh? Yuk simak ulasannya, Sahabat!
Gambar 1.2. Habib Bugak Asyi (kiri) dan Makam Habib Bugak Asyi yang terdapat di Aceh (kanan)
Habib Abdurrahman bin Alwi Al-Habsyi, atau dikenal dengan nama Habib Bugak Asyi, adalah seorang pengusaha asal Mekah. Habib Bugak datang ke Aceh pada tahun 1760 saat masa pemerintahan Sultan Alauddin Mahmud Syah. Ia menetap di Aceh dan menjadi orang kepercayaan sultan Aceh pada masa itu.
 
Saat tinggal di Aceh, Habib Bugak Asyi menjadi inisiator penggalangan dana untuk memberdayakan masyarakat Aceh. Pada tahun 1809, Habib Bugak kembali ke Mekah untuk membeli tanah di sekitar Masjidil Haram, yaitu tepatnya di Qusyasyiah (di sekitar Bab Al-Fath antara Marwah dan Masjidil Haram).
Gambar 1.3. Bagian depan Kantor Wakaf Habib Bugak Asyi di Aziziah, Mekah
Tanah ini diwakafkan dan dibangunkan sebuah rumah singgah, yang disebut Baitul Asyi atau Rumah Aceh. Ikrar wakaf dilakukan Habib Bugak di depan Mahkamah Syariah. Dalam ikrarnya, Habib Bugak menyatakan tanah wakaf dan manfaatnya hanya ditujukan kepada jamaah haji asal Aceh, warga Arab Saudi keturunan Aceh, atau warga Aceh yang tinggal di Arab Saudi.
Namun, jika Baitul Asyi tidak dapat digunakan lagi sebagai rumah singgah untuk orang Aceh, maka manfaatnya boleh digunakan untuk para mahasiswa asal Mekah. Jika tidak ada mahasiswa asal Mekah yang menggunakan fasilitas wakaf, maka manfaatnya boleh dipakai untuk membiayai keperluan Masjidil Haram. Jadi, manfaat dari wakaf rumah singgah ini bersifat abadi ya, Sahabat!
 
Sudah lebih dari 200 tahun rumah singgah tersebut berdiri kokoh hingga sekarang. Namun, pada era pemerintahan Arab Saudi yaitu Raja Malik Sa’ud bin Abdul Azis, Baitul Asyi terkena dampak perluasan Masjidil Haram. Pemerintah Arab Saudi menggusur Baitul Asyi dan memberikan kompensasi berupa uang tunai.
 
Kompensasi tersebut dibelikan dua bidang lahan yang berjarak 500 meter dari Masjidil Haram. Selain sebagai rumah singgah, Baitul Asyi dengan bangunan baru dikembangkan menjadi sarana bisnis, yaitu sebagai hotel. Inilah yang menjadi sumber utama penghasilan wakaf, sehingga hasilnya dapat membiayai para jamaah haji asal Aceh.
 
Hotel ini adalah Hotel Elaf Al-Mashaer dan Hotel Habib Bugak Asyi.

1. Hotel Elaf Al-Mashaer.

Gambar 1.4. Bagian dalam kamar di Hotel Elaf Al-Mashaer, Mekah
Hotel bintang lima dengan kapasitas 650 kamar yang berada di wilayah Ajyad Mashafi ini berjarak hanya 250 meter dari Masjidil Haram.

2. Hotel Habib Bugak Asyi.

Gambar 1.5. Bagian depan Hotel Habib Bugak Asyi, Mekah

Hotel di kawasan Aziziah ini dibangun langsung oleh pengelola wakaf tanpa bekerja sama dengan investor. di Aziziah. Hotel ini memiliki 200 kamar dan dapat menampung 750 jamaah haji. Jaraknya dengan Masjidil Haram sekitar 3.5 km.
Selain kedua hotel ini, dana hasil wakaf juga dimanfaatkan untuk membangun bangunan lain, seperti:

1. Hotel Al-Massa Grand.

Gambar 1.6. Bagian depan Hotel Al-Massa Grand, Mekah

Sebelum pandemi, hotel ini bernama Hotel Ramada. Namun, setelah pandemi, hotel ini beralih manajemen ke pihak Al-Massa Grand. Hotel bintang lima dengan kapasitas 1.800 kamar yang berada di wilayah Ajyad Mashafi ini berjarak 300 meter dari Masjidil Haram.

2. Hunian di Syauqiyah.

Gambar 1.7. Bagian depan hunian wakaf Habib Bugak Asyi di Syauqiyah, Mekah

Gedung ini tidak digunakan untuk perputaran bisnis, namun murni sebagai rumah singgah bagi warga Aceh yang menetap di Mekah dan warga Saudi keturunan Aceh, yang dapat disewa secara gratis dan tanpa batas waktu tinggal.

3. Tanah dan bangunan seluas 900 meter di Aziziah.

Gambar 1.8. Bagian depan hunian wakaf Habib Bugak Asyi di Syauqiyah, Mekah

Penyerahan dana tunai hasil wakaf Habib Bugak Asyi kepada jamaah haji asal Aceh
 
Setiap jamaah haji asal embarkasi Aceh akan mendapatkan dana hasil wakaf sebesar 1.500 Riyal atau sekitar 6 juta rupiah, Bahkan pihak pengelola wakaf atau Nadzir Wakaf Baitul Asyi telah menggelontorkan dana kompensasi sebanyak 70 juta Riyal atau 280 miliar rupiah. Masya Allah ya, Sahabat!
Dana tunai tersebut yang diberikan secara langsung oleh Nadzir Wakaf Baitul Asyi, yaitu Syekh Abdul Latif Baltou, saat jamaah haji tiba di penginapan masing-masing setelah dua hari berada di Mekah.
 
Wakaf ini merupakan suatu kebanggaan tersendiri untuk Sahabat asal Aceh yang ingin berhaji. Masya Allah ya, Sahabat!

 

Share :

Asal-Usul Pohon Soekarno yang Menghijaukan Padang Arafah

Asal-Usul Pohon Soekarno yang Menghijaukan Padang Arafah

 
Gambar 1.1. Pohon Soekarno yang ditanami sepanjang kawasan Padang Arafah
Kawasan Arafah di Arab Saudi yang dikenal sangat gersang dan terik, kini menghijau berkat ide dan kontribusi presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno. Soekarno-lah yang mengusulkan Padang Arafah untuk ditanami pepohonan agar jamaah haji bisa lebih nyaman beribadah. Pohon yang ditanami di Arafah kini dinamakan Pohon Soekarno.
 
Pada tahun 1955, Soekarno menunaikan ibadah haji ke tanah suci. Daratan Arab Saudi memang dikenal sebagai negara dengan wilayah yang sangat gersang. Suhu udara di sana dapat mencapai 50ºC saat siang hari.
Gambar 1.2. Pohon Soekarno yang rimbun menjadi tempat berteduh bagi para jamaah haji saat wukuf di Arafah
Soekarno melihat bahwa tandusnya Padang Arafah membuat banyak jamaah merasa kepanasan dan mudah lelah. Akhirnya Soekarno berinisiatif untuk mengusulkan agar Padang Arafah ditanami pepohonan pada Raja Arab Saudi, yaitu Saud bin Abdulaziz al-Salad.
 
Karena ide Soekarno sangat brilian, Raja Saud mengabulkan usulan tersebut. Penanaman pohon di Arafah dilakukan melalui proyek kesejahteraan wakaf yang diprakarsai oleh Abdul Rahman Fakieh, seorang pengusaha Arab terkemuka saat itu. Abdul Rahman sangat antusias dengan proyek tersebut, bahkan rutin peninjau lahan penanaman setelah salat Subuh.
Gambar 1.3. Pohon mindi atau Pohon Soekarno yang bersemi dan tumbuh subur di kawasan Arafah
Pohon yang ditanam di Padang Arafah ini bukan sembarang pohon. Soekarno sengaja memilih pohon yang kokoh dan rindang yang tahan terhadap cuaca ekstrem dan wilayah tandus. Pohon ini yaitu pohon mimba atau pohon mindi. Akhirnya pohon yang ditanami sepanjang kawasan Arafah ini dijuluki Pohon Soekarno atau Syajarah Sukarno.
 
Pohon dengan nama latin Melia Azedarach ini dapat tumbuh di daerah beriklim tropis maupun subtropis. Pohon mindi umumnya ditemukan di tempat yang kering, seperti di pinggir jalan, atau di hutan yang terbuka. Tidak heran, pohon tersebut dapat tumbuh subur di Arab Saudi, terutama di Padang Arafah yang tandus.
Pohon ini termasuk kedalam golongan pohon yang cepat tumbuh. Dalam dua tahun, tinggi pohon ini bisa mencapai 4-5 meter. Tak hanya berfungsi sebagai tempat berteduh bagi para jamaah haji, pohon mindi juga memiliki banyak khasiat.

Gambar 1.4. Pohon mindi atau Pohon Soekarno yang ditanami sepanjang jalan di kawasan Arafah
Ketika jamaah haji mendirikan tenda di Arafah di sela-sela pohon tersebut, ia tidak mengalami gatal-gatal selama bermalam di tenda. Daun pohon mimba dikenal sebagai tanaman obat yang mampu menyembuhkan berbagai penyakit kulit dan radang.
 
Tak hanya mengusulkan ide penanaman pohon, Soekarno juga mengirim ribuan bibit pohon mindi beserta ahli tanaman dari Indonesia untuk mengawasi proyek tersebut. Pohon mindi ini ditanam di kawasan Arafah seluas 1.250 hektar menggunakan tanah subur dari Indonesia dan Thailand.
Gambar 1.5. Keakraban pertemuan Presiden Soekarno dan Raja Saudi tahun 1955
Setiap berjarak 5 meter, terdapat pohon mindi. Ada yang tumbuh tinggi sekitar 8 meter hingga 20 meter, namun ada pula yang masih kecil dengan tinggi sekitar 2 meter. Tak hanya ditanami di Arafah, kini Pohon Soekarno dilestarikan dan ditanam di tepi jalan di Kota Mekah, Madinah, Jeddah, Riyadh, dan Thaif, yang berfungsi sebagai perindang.
 
Selain berjasa atas penghijauan area di Padang Arafah, Soekarno juga berjasa atas pembuatan tiga jalur tempat sa’i. Seperti diketahui, kini tempat sa’i terbagi menjadi tiga jalur, dengan jalur pertama adalah dari Bukit Safa ke Bukit Marwa. Jalur kedua dibuka dari Bukit Marwa ke Bukit Safa. Sedangkan jalur ketiga khusus diperuntukkan bagi jamaah lansia dan disabilitas.
Jasa besar Soekarno ini merefleksikan eratnya hubungan antara Indonesia dengan Arab Saudi.
Berkat ide dan kontribusinya, saat hendak kembali ke Tanah Air, Soekarno pun mendapatkan hadiah kiswah atau kain penutup Ka’bah dari Raja Saud. Masya Allah ya, Sahabat!.

 

Share :

Rahasia Sejuknya Lantai Masjidil Haram, Terbuat Dari Marmer Termahal di Dunia!

Rahasia Sejuknya Lantai Masjidil Haram, Terbuat Dari Marmer Termahal di Dunia!

 
Gambar 1.1.Rahasia sejuknya lantai Masjidil Haram di Mekah meski di bawah cuaca terik.
 
Melaksanakan shalat di Masjidil Haram adalah impian semua umat Islam. Apalagi sensasi kenyamanan yang dirasakan saat shalat di sekeliling Ka’bah, karena lantainya yang terasa sejuk meski di tengah cuaca terik.
 
Sebenarnya apa rahasia di balik sejuknya lantai Masjidil Haram, meski matahari bersinar sangat terik?
Gambar 1.2.Salah satu gunung marmer putih di Thassos, Yunani.
 
Reasahalharamain, sebuah lembaga yang mengurusi dua masjid kota suci, yaitu Masjidil Haram di Mekah dan Masjid Nabawi di Madinah, mengungkapkan alasan mengapa lantai masjid terasa dingin meskipun cuaca panas. Ternyata bukan karena ada mesin pendingin atau AC di bawah lantai masjid, lho, Sahabat. Namun, sejuknya lantai Masjidil Haram karena terbuat dari marmer berkualitas tinggi.
 
Dikutip dari Saudi Gazette, marmer tersebut didatangkan langsung dari daerah bernama Thassos di Yunani, sehingga dinamai marmer Thassos. Sejak zaman kuno, daerah Thassos telah dikenal sebagai penghasil marmer putih berkualitas yang digunakan oleh orang Romawi untuk membangun bangunan dan monumen megah.
Marmer Thassos memiliki kristal warna putih salju yang membuatnya berkilau jika terkena pancaran cahaya. Tak hanya digunakan di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, marmer Thassos juga digunakan di Masjid Hagia Sophia, Istanbul-Turki. Masya Allah, pasti lantainya sangat indah dan cantik ya, Sahabat!

Gambar 1.3.Bongkahan marmer putih di Thassos, Yunani yang dibawa dan diolah secara khusus di Arab Saudi.
 
Marmer Thassos berasal dari batuan alam. Batuan alam ini dapat menghambat perpindahan panas dari sinar matahari atau cuaca ekstrem. Inilah mengapa penggunaan marmer Thassos dapat membuat lantai dapat menyerap panas dan lebih sejuk.
 
Marmer Thassos juga dapat menyerap kelembaban di malam hari. Tak hanya itu, ketika marmer Thassos dijadikan pelapis dinding, marmer mampu meredam kebisingan suara yang berasal dari luar bangunan.
Khusus untuk Masjidil Haram, marmer Thassos diimpor dalam bentuk bongkahan batu langsung dari Yunani, kemudian diolah dan dibentuk secara khusus di Arab Saudi. Marmer Thassos di Masjidil Haram dipasang dalam bentuk persegi panjang yang tebalnya 5 cm. Tingkat ketebalan ini turut mempengaruhi kesejukan lantai, lho, Sahabat.

Gambar 1.4.Proses pembangunan lantai Masjidil Haram dengan menggunakan marmer Thassos.
 
Berkat marmer Thassos, lantai Masjidil Haram tetap dingin walau suhu di Mekah bisa mencapai 50 derajat Celcius. Marmer Thassos tak hanya dipasang di area pelataran dan bagian dalam masjid, tapi juga di area tawaf, sehingga Sahabat tidak perlu berjingkat kaki karena kepanasan saat siang hari.
 
Karena keistimewaannya ini, marmer Thassos merupakan salah satu marmer termahal di dunia. Berdasarkan situs Alibaba, harga marmer Thassos yang langsung didatangkan dari Yunani mencapai USD 200 atau sekitar Rp 2.87 juta per meter persegi.
Konon diceritakan, bahwa arsitektur di balik pembangunan lantai Masjidil Haram dan Masjid Nabawi adalah Muhammad Kamal Ismaeel. Ia adalah insinyur dan arsitek Mesir, yang pernah mencetak rekor sebagai orang termuda yang dikirim ke Eropa dan mendapatkan tiga gelar doktor dalam Arsitektur Islam.

Gambar 1.5.Salah satu gunung marmer putih di Thassos, Yunani.
 
Sewaktu membeli marmer Thassos untuk Masjidil Haram, Muhammad Kamal langsung menuju Yunani. Ia membeli marmer untuk Masjidil Haram, hampir setengah dari gunung marmer yang ada di Yunani. Setelah proyek pembangunan Masjidil Haram selesai, pemerintah Arab Saudi meminta Muhammad Kamal kembali memasang marmer yang sama di Masjid Nabawi.
 
Saat Kamal kembali ke Yunani untuk menanyakan marmer yang tersisa, ternyata setengah gunung marmer sisanya telah dibeli orang lain. Perlu diketahui, marmer ini bukan material yang dihasilkan dari pabrik, melainkan terbuat dari batuan alam, jadi cukup terbatas jumlahnya.
Gambar 1.6.Jamaah dapat menikmati sejuknya lantai di Masjidil Haram meski cuaca terik dan tidak menggunakan alas kaki.
 
Muhammad Kamal pun mencari tahu siapa pembeli marmer tersebut. Akhirnya ia menemukan alamat pembelinya, yaitu sebuah perusahaan di Arab Saudi. Lalu ia mendatangi kantor perusahaan tersebut. Rupanya, semua marmer masih ada dan belum digunakan sama sekali.
 
Muhammad Kamal menyodorkan cek kosong dan meminta pemilik marmer menuliskan nominal yang diinginkan, berapa pun besarnya. Namun, saat pemilik perusahaan tahu marmer itu akan digunakan untuk pembangunan Masjid Nabawi, ia menolak marmernya dibeli.
“Allah yang membuat saya membeli marmer ini. Itu artinya marmer ini memang sudah ditakdirkan Allah untuk Masjid Nabawi,” katanya. Sang pemilik marmer akhirnya menyumbangkan marmer Thassos yang dibelinya untuk pembangunan Masjid Nabawi. Masya Allah ya, Sahabat!

 

Share :

Munculnya Imam Mahdi Palsu yang Menyerang Ka’bah pada 1979

Munculnya Imam Mahdi Palsu yang Menyerang Ka’bah pada 1979

 
Jika pada tahun 930 M, Ka’bah pernah diserang oleh Kaum Qaramithah dan Hajar Aswad sempat dicuri, namun pada 20 November 1979 insiden penyerangan dan kudeta terjadi di Masjidil Haram. Kelompok penyerang mengaku bahwa telah Imam Mahdi telah berada di antara mereka. Kelompok ini dipimpin oleh Juhaiman al-Utaibi, seorang Arab Badui radikal.

Siapakah Juhaiman al-Utaibi?

Gambar 1.1. Juhaiman al-Utaibi, pimpinan kelompok pemberontak JSM yang mengkudeta pemerintah Arab Saudi di depan Ka’bah
 
Juhaiman merupakan seorang khatib asal Arab Badui yang berusia 43 tahun. Juhaiman pernah tergabung sebagai tentara Saudi National Guard dengan pangkat kopral. Namun saat pemberontakan ia tergabung dalam kelompok ultrakonservatif muslim Sunni yaitu Al-Jama’a al Salafiya al-Muhtasiba (JSM). Kelompok JSM ini kerap mengkritik kerajaan Saudi.
 
Kerajaan Arab Saudi dinilai hedonis. Sikap politik kerajaan juga dekat dengan Amerika, sehingga terpapar budaya barat. Banyak perempuan yang dibolehkan tampil dan menjadi presenter di TV, perempuan boleh mengendarai mobil, dan boleh menonton bioskop. Juhaiman merasa Arab Saudi telah melampaui batas dan harus diberi peringatan.

Bagaimana Kronologi Kejadiannya?

Gambar 1.2. Pasukan kelompok pemberontak JSM yang merangsek masuk ke dalam Masjidil Haram
 
Saat itu, sekitar 50 ribu umat Islam dari seluruh dunia berkumpul untuk salat Subuh di pelataran Ka’bah. Namun tiba-tiba terdengar suara tembakan. Di tengah keributan dan kepanikan jamaah, Juhaiman al-Utaibi beserta 200 pasukannya mendesak maju ke Ka’bah.
 
Imam salat Subuh kala itu yang dipimpin Muhammad bin Subail segera diringkus dan disandera. Upaya perebutan kekuasaan dimulai dengan keranda jenazah yang tiba-tiba diarak menuju pelataran Ka’bah. Ternyata keranda jenazah tersebut berisi pistol dan senapan, yang didistribusikan pada kelompok pemberontak.
Sebelumnya, senjata-senjata itu telah dipasok dan ditimbun di dalam kamar-kamar yang ada di Masjidil Haram yang selama ini dipakai oleh orang Yaman yang bekerja membagikan air zamzam. Senjata-senjata itu juga disembunyikan di dalam gerobak sayuran dan buah milik para pedagang yang biasa berjualan di sekitar Masjidil Haram.
 
Juhaiman pun merebut mikrofon dan berbicara dengan lantang, “Rekan-rekan muslim, kami mengumumkan hari ini kedatangan Mahdi, yang akan memerintah dengan keadilan dan keadilan di bumi setelah dipenuhi dengan ketidakadilan dan penindasan!”

Gambar 1.3. Juhaiman Al-Utaibi yang berpidato di depan Ka’bah mengumumkan keberadaan seseorang yang diyakini sebagai Imam Mahdi
 
“Laki-laki baik itu sekarang ada di sini bersama kita, dan dia akan membawa keadilan ke dunia, setelah dipenuhi ketidakadilan. Jika ada yang meragukan, silakan ke sini memeriksa. Kami semua adalah saudara kalian!” seru Juhaiman.
 
Padahal, yang mereka sebut Imam Mahdi tak lain adalah seorang mahasiswa bernama Muhammad bin Abdullah Al-Qahtani yang direkrut oleh Juhaiman. Ia memiliki ciri-ciri yang terdapat pada Imam Mahdi berdasarkan hadits, yaitu nama yang mirip Nabi Muhammad, berdahi lebar, dan memilki hidung mancung. Juhaiman mengajak seluruh umat Islam untuk berbaiat pada Imam Mahdi tepat di sisi Ka’bah, seperti yang tertera di dalam hadits.
Juhaiman telah menyiapkan penembak jitu di setiap puncak menara Masjidil Haram untuk menembaki pihak luar yang mencoba mendekat. Ia juga memerintah semua pintu Masjidil Haram ditutup.
 
“Jika kalian melihat tentara pemerintah hendak melawan, tembaklah, karena ia ingin membunuhmu! Jangan ragu!” seru Juhaiman kepada regu penembak jitu. Hanya dalam satu jam, kelompok pemberontak berhasil menguasai dan memiliki kendali penuh atas Masjidil Haram.
 
Dengan adanya kekacauan di Masjidil Haram, pemerintah Arab Saudi justru bergerak lambat menanganinya. Pemerintah menutup akses berita peliputan dari dunia luar, agar tak ada informasi dan teror yang semakin mengecam warganya. Bahkan, Arab Saudi juga ditutup untuk turis dan jurnalis mancanegara.

Gambar 1.4. Gempuran yang terjadi di Masjidil Haram tahun 1979
 
Hal ini disebabkan para ulama Arab Saudi harus mengeluarkan fatwa terkait dengan pembalasan serangan ke Masjidil Haram. Akhirnya diputuskan bahwa militer Arab Saudi diperbolehkan menggunakan kekuatan apapun untuk merebut kembali Masjidil Haram dari tangan pemberontak.
 
Kendaraan lapis baja, militer bersenjata, serta helikopter dikerahkan untuk mengepung Masjidil Haram. Arab Saudi juga meminta bantuan dari unit komando Pakistan, Prancis, dan Amerika (CIA).
Gambar 1.5. Kelompok pemberontak JSM yang diringkus oleh militer Arab Saudi
 
Karena Mekah adalah area terlarang bagi non muslim, maka unit komando yang non muslim mengorganisir militer Arab Saudi dan menyiasati rencana pengepungan di sebuah hotel di Kota Thaif. Di tempat inilah, tim tersebut menyusun rencana untuk mengusir kelompok pemberontak.
 
Tim akan menggali lubang di sekitar Masjidil Haram sedalam 50 meter yang akan mencapai ruang bawah tanah. Lalu ruang bawah tanah Masjidil Haram akan diisi dengan gas air mata dan granat agar kelompok pemberontak tidak dapat berkutik.
Setelah pengepungan dan terjadi aksi tembak-menembak selama dua minggu, kelompok pemberontak mulai kehabisan amunisi dan makanan. Juhaiman dan 63 orang pasukannya akhirnya menyerahkan diri.
 
Gambar 1.6. Protes masyarakat Arab Saudi terhadap kelompok pemberontak di luar kawasan Masjidil Haram
 
Pasukan militer Arab Saudi segera meringkus dan mengadili mereka, hingga dijatuhi hukuman mati dengan dipancung. Imbas dari peristiwa itu semua anak keturunan Juhaiman diawasi ketat sampai sekarang.
 
Akibat dari insiden ini, terdata 255 jamaah haji tewas, 560 orang terluka, serta dari pihak militer Arab Saudi 127 orang tewas dan 451 terluka.
 
Peristiwa inilah yang diyakini sebagai awal mula kebangkitan terorisme, seperti jaringan Al-Qaeda dan rentetan peristiwa teror di berbagai wilayah sekaligus memperkeruh suasana politik internasional.
 
Setelah insiden berdarah di Masjidil Haram, pemerintah Arab Saudi menetapkan penghapusan presenter perempuan dari TV dan larangan perempuan mengemudi. Pemberlakuan larangan ini merujuk pada banyaknya fenomena pemberontakan yang terjadi di tengah masyarakat saat itu yang dapat membahayakan kaum perempuan.
Peristiwa inilah yang diyakini sebagai awal mula kebangkitan terorisme, seperti jaringan Al-Qaeda dan rentetan peristiwa teror di berbagai wilayah sekaligus memperkeruh suasana politik internasional.
 
Setelah insiden berdarah di Masjidil Haram, pemerintah Arab Saudi menetapkan penghapusan presenter perempuan dari TV dan larangan perempuan mengemudi. Pemberlakuan larangan ini merujuk pada banyaknya fenomena pemberontakan yang terjadi di tengah masyarakat saat itu yang dapat membahayakan kaum perempuan.
 
Namun, pada 24 Juni 2018, pemerintah Arab Saudi mengumumkan pencabutan larangan tersebut, dan kembali membolehkan perempuan untuk mengemudi, bepergian tanpa wali, menonton konser atau pertandingan di stadion, serta menjadi tentara.
 
Dilansir dari Egypttoday, seorang profesor geologi dan sumber daya air di Institut Riset Afrika Abbas Sharaqi mengatakan bahwa air zam zam tidak akan habis karena sumurnya terhubung ke sumber air tanah yang terbarukan. Hal ini menjadikan sumber air itu tidak akan mengering kecuali dalam kondisi tertentu.
 
Air Zam-zam adalah air terbarukan. Sumber air berasal dari hujan di Mekah. Mekah adalah daerah pegunungan dan salah satu lembahnya – Lembah Ibrahim atau wadi’ ibrahim menyokong sumur Zamzam yang berada di daerah dataran rendah,” kata Sharaqi.
 
Hal yang sama juga disebutkan dalam jurnal internasional tahun 2013 dari peneliti dari universitas di Pakistan dan Jepang. Diketahui tepat pada lokasi sumur zam zam berada, terdapat endapan sungai setebal 13,5 meter yang disebabkan oleh air hujan di pegunungan yang mengalir ke dataran rendah dan berubah menjadi endapan.

 

Share :

Tragedi Crane Runtuh di Depan Ka’bah Tewaskan Ratusan Orang, Apa Penyebabnya?

Tragedi Crane Runtuh di Depan Ka’bah Tewaskan Ratusan Orang, Apa Penyebabnya?

 
Gambar 1.1. Terlihat crane di sekeliling kompleks Masjidil Haram
 
Tepat 11 September 2015, terjadi tragedi yang tak pernah terlupakan di kompleks Masjidil Haram. Sebuah crane (derek) setinggi 200 m dengan berat 1100 ton ambruk menimpa atap Masjidil Haram dan menewaskan 112 orang. Sedangkan 394 orang lainnya mengalami luka-luka, sebanyak 42 orang diantaranya adalah Warga Negara Indonesia.
 
Berdasarkan pernyataan dari Menteri Informasi dan Kebudayaan Arab Saudi, pada waktu itu, konstruksi sedang berlangsung untuk memperluas kompleks Masjidil Haram, terutama di area lapangan sekitar masjid dan mataf (area tawaf). Pembangunan ini ditargetkan selesai pada tahun 2020 agar mampu menampung 1.85 juta jamaah.
Gambar 1.2. Jatuhnya crane di kompleks Masjidil Haram pada 11 September 2015
 
Proyek yang dimulai awal tahun ini menyebabkan kuota haji Indonesia pada 2015 berkurang sebanyak 20%. Dari semula 210.000 jamaah menjadi 168.800 jamaah, terdiri atas 155.200 kuota haji reguler dan 13.600 kuota haji khusus.
 
Namun insiden runtuhnya crane ini menelan banyak korban jiwa, dan merupakan insiden crane paling mematikan sejak tahun 2008 di mana terjadi runtuhnya crane di New York City, yang menewaskan tujuh orang.
Gambar 1.3. Reruntuhan bagian crane yang jatuh menimpa kompleks Masjidil Haram
 
Dilansir dari Voice of America, seorang teknisi di Masjidil Haram, Mohammed Tahir, mengungkapkan bahwa insiden tersebut terjadi pada pukul 4 sore saat hujan lebat dan badai angin. Ahli meteorologi CNN juga memberitakan, suhu kala itu turun drastis dari 42 hingga 25 derajat Celcius. Angin kencang menyebabkan satu menara crane menjadi tidak seimbang dan akhirnya jatuh menimpa kompleks Masjidil Haram.
 
Seorang reporter CNN, Yahya Al-Hashemi, yang merekam video jatuhnya crane juga memberi kesaksian, “Saat itu, kami hendak wudhu dan bersiap ke Masjidil Haram untuk melakukan shalat Maghrib. Cuaca di Mekah memang buruk. Sebelumnya badai pasir melanda Mekah, yang lalu mendadak berubah menjadi hujan badai”.
Gambar 1.4. Kontraktor Bin Laden Group yang menjadi pemegang proyek perluasan Masjidil Haram
 
Beberapa puing atau bagian dari crane spontan runtuh dan menimpa jamaah. Terjadi kepanikan dan jamaah menghambur lari dari lokasi kejadian. Insiden runtuhnya crane di kompleks Masjidil Haram ini diperkirakan menelan kerugian hingga 100 Miliar Riyal atau sekitar Rp 354 Triliun.
 
Proyek konstruksi perluasan kompleks Masjidil Haram ini dibangun oleh Bin Laden Group, yaitu salah satu perusahaan konstruksi terbesar di Arab Saudi dan sudah berdiri sejak 91 tahun lalu. Mengutip dari Saudi Press Agency, Bin Laden Group dinilai tidak kompeten dan tidak mematuhi peraturan keselamatan kerja yang berlaku, sehingga insiden kejatuhan crane bisa terjadi.
Perusahaan konstruksi milik keluarga mendiang Osama bin Laden itu sempat dilarang melakukan kontrak pekerjaan baru dan beberapa pejabat eksekutifnya dikenai larangan bepergian dari Arab Saudi. Ada 13 orang terdakwa yang diadili, termasuk sejumlah arsitek dan dua pejabat pemerintah di Mekah.
 
Atas insiden ini, Raja Salman memberikan biaya kompensasi senilai 1 juta Riyal atau Rp 3.8 Miliar kepada keluarga korban jiwa dan senilai 500 ribu Riyal atau Rp 1.9 Miliar untuk keluarga korban dengan luka serius.
 
Namun, dilansir dari Kompas, Pengadilan Kriminal Arab Saudi membebaskan para terdakwa dari hukuman setelah dilakukan investigasi mendalam oleh para ahli. Majelis hakim memutuskan kecelakaan jatuhnya crane bukanlah akibat kelalaian perusahaan, namun murni kecelakaan karena faktor alam.
 
Sejak awal, crane berada dalam posisi tegak, benar, dan aman. Semua tindakan pencegahan kecelakaan telah dilakukan. Tidak ada kesalahan yang dilakukan para terdakwa dari Bin Laden Group.
 
Pengadilan Kriminal Arab Saudi juga mencatat, bahwa Badan Meteorologi dan Perlindungan Lingkungan telah mengeluarkan buletin tentang kondisi cuaca pada hari kecelakaan dan sehari sebelumnya. Peringatan tersebut menunjukkan kecepatan angin di Laut Merah berkisar antara satu hingga 38 km.jam dan adanya kemungkinan terjadinya badai.
 
Dengan keputusan ini, para terdakwa dibebaskan dan Bin Laden Group tidak wajib membayar kompensasi kepada korban insiden crane. Namun, pemerintah Arab Saudi tetap menjatuhkan sanksi kepada perusahaan Bin Laden Group.

 

Share :

Tragedi Duka Terbesar di Terowongan Mina, Ribuan Jamaah Haji Tewas!

Tragedi Duka Terbesar di Terowongan Mina, Ribuan Jamaah Haji Tewas!

 

Gambar 1.1. Pintu keluar Terowongan Mina
 
Sudah 32 tahun terlewati sejak tragedi terbesar dalam sejarah terjadi di Mina yaitu pada tahun 1990. Pada saat itu, sekitar 1.426 jamaah haji dikabarkan tewas karena kesulitan bernapas dan terinjak-injak di Terowongan Mina
 
Mina terletak di antara Kota Mekah dan Muzdalifah, sekitar 4 km dari Masjidil Haram dan 7 km dari Muzdalifah. Dari sejarahnya, Mina merupakan tempat bagi Nabi Ibrahim melaksanakan perintah Allah untuk menyembelih putranya, yaitu Nabi Ismail.
Terowongan Mina atau Terowongan Haratul Lisan merupakan akses pejalan kaki yang membentang di bawah pegunungan bagi para jamaah yang akan melaksanakan lempar jumrah. Terowongan ini dibangun sepanjang 550 meter dengan lebar 18 meter. Dari LA Times, biaya pembangunan Terowongan Mina meraup dana 15 Miliar USD pada tahun 1988.

Gambar 1.2. Koran tahun 1990 yang melaporkan korban tewas di Tragedi Mina
 
Dilansir dari Kompas, pada keadaan diam terowongan ini mampu menampung 40.000 orang. Komandan Keamanan Haji Pemerintah Arab Saudi saat itu, Mayor Jenderal Abdulkader A. Kamal, mengatakan, daya tampung terowongan sebanyak 26.000 orang. Namun, pada saat tragedi Mina tahun 1990, dikabarkan ada 50.000 jamaah haji yang berada dalam terowongan alias melebihi kapasitas yang seharusnya.
Jika menilik pada keadaan jamaah haji di tahun 1990, memang tahun itu merupakan rekor tertinggi jumlah jamaah haji, yaitu sebanyak 81.242 jamaah. Pada tahun 1990, pemerintah Indonesia juga tidak mengatur batasan jumlah jamaah haji yang berangkat ke Tanah Suci, seperti yang tercantum pada Keppres RI no. 6 tahun 1990.
 
Tragedi Mina tahun 1990 bermula ketika tujuh orang jamaah haji jatuh dari jembatan penyeberangan yang pagarnya rusak. Persis di bawah jembatan tersebut, terdapat Terowongan Mina.
 
Terjadi kepanikan pada jamaah haji yang berada di dalam terowongan, membuat sebagian besar orang berhenti secara mendadak, sementara ribuan jamaah tetap berjejalan masuk ke terowongan. Panas ekstrem di luar yang mencapai 44 derajat Celcius, ventilasi yang buruk di terowongan, serta blower terowongan yang tiba-tiba mati juga semakin memperparah keadaan.
 
Salah seorang korban selamat asal Sudan, sebagaimana dilansir Tempo dari The Washington Post, mengatakan, “Kami terjebak di dalam, tidak dapat bergerak maju atau pun mundur. Ada petugas yang melemparkan karung berisi air es, lalu kami ambil untuk mengatasi panas dan kehausan. Tidak ada ventilasi dan jumlah jamaah di terowongan terus bertambah setiap detik.”

Gambar 1.3. Jenazah korban Tragedi Mina pada 24 September 2015
 
Akibatnya, sebanyak 1.426 jamaah tewas akibat kehabisan napas dan terinjak-injak di terowongan. Sejauh mata memandang, terlihat banyak jenazah. Ini merupakan tragedi duka terbesar dalam momen haji selama puluhan tahun terakhir.
 
Pada tanggal 6 Juli 1990, presiden Indonesia saat itu yaitu Soeharto, menetapkan hari berkabung nasional dengan melakukan pengibaran bendera setengah tiang selama sehari penuh.
Gambar 1.4. Terowongan Mina yang sudah direnovasi
 
Setelah insiden tersebut, Pemerintah Arab Saudi pun memperbesar, memperluas, dan meninggikan terowongan hingga menjadi 40 meter, dengan ventilasi yang besar memanjang di atas. Selain itu, dilakukan pula penambahan jumlah blower yang tergantung di atas terowongan.
 
Tak hanya itu, pemerintah setempat membangun tempat pelemparan jumrah di Mina dengan empat jalur lalu lintas. Keempat jalur ini dibangun agar para jamaah tidak saling bertabrakan.
Jalur jembatan juga dilengkapi dengan kanopi besar yang berfungsi menutupi pilar dan jamaah dari panasnya suhu di gurun. Jalan ini dibangun berdekatan dengan pilar untuk mempercepat evakuasi jika terjadi keadaan darurat.

Gambar 1.5. Kontraktor Bin Laden Corporation yang merenovasi pembangunan terowongan dan jalur jembatan di Mina
 
Renovasi Terowongan Mina ini dilakukan oleh kontraktor Bin Laden Corporation. Menurut pimpinan proyek, Yahya bin Laden, proyek pembangunan tersebut menelan biaya sekitar 4.2 Miliar Riyal atau sekitar 1.2 Miliar USD.
 
Namun, pada tahun 1998, terulang kejadian yang sama. Sekitar 180 jemaah tewas terinjak-injak massa yang panik, setelah beberapa dari mereka jatuh dari jembatan layang saat hendak melakukan ibadah lempar jumroh.
Diikuti pada tahun 2001, aksi saling dorong dan desak-desakkan di Mina menyebabkan 35 jemaah haji meninggal akibat terinjak-injak massa. Tahun 2004, sebanyak 244 jamaah meninggal akibat berdesak-desakkan di Terowongan Mina. Ratusan orang lainnya luka-luka dalam insiden di hari terakhir prosesi haji tersebut.

Gambar 1.6. Tragedi haji terbesar di dunia
 
Dan pada 24 September 2015, terjadi insiden serupa di Terowongan Mina. Dilansir dari situs berita Dawn, kurang lebih ada 2.400 orang terinjak-injak, hingga menewaskan 1.633 orang dan melukai 934 orang, hanya dalam kurun waktu 10 menit.
 
Penyebabnya sama, terjadi tabrakan antara ribuan jamaah yang bergerak masuk ke terowongan untuk melempar jumrah dengan jamaah yang baru selesai melempar jumrah. Arus masuk dan arus keluar memang tidak seharusnya bercampur.
Penyebab pasti mengapa hal ini bisa terjadi berulang kali masih dipertanyakan, sebab sudah ada petugas keamanan yang ditempatkan di titik-titik rawan untuk mengatur arus jamaah.
 
Pada tahun 2022, terjadi lagi insiden kerusakan fasilitas di Terowongan Mina. Pada 10 Juli 2022, terjadi mati lampu di Terowongan Mina, tepatnya di terowongan atas menuju jalur Jamarat lantai tiga.
 
Media Center Haji (MCH) memperkirakan listrik di Terowongan Mina padam akibat terjadinya arus pendek listrik sejak malam hari sebelumnya. Lampu terowongan memang sudah menunjukan masalah, terkadang mati dan nyala. Untungnya, insiden mati lampu ini tidak mengakibatkan korban luka maupun tewas.
 
Insiden berulang ini menandakan otoritas Arab Saudi perlu memperhatikan kualitas fasilitas dan pengawasan yang lebih ketat untuk jamaah haji, tak hanya di Terowongan Mina, tapi juga lokasi-lokasi lainnya, seperti Jamarat, tenda-tenda di Arafah dan Mina, dan lain-lain.

 

Share :