Biaya Haji 2025 turun signifikan dibandingkan tahun sebelumnya, memberikan kabar baik bagi calon jemaah haji yang menanti.
Dilansir dari Himpuh, Kementerian Agama bersama Komisi VIII DPR telah menyepakati biaya ini dalam sebuah rapat yang diadakan pada 6 Januari 2024 di Senayan, Jakarta.
Turunnya Biaya Haji 2025 Telah Disepakati Kemenag
Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) 2025 mengalami penurunan dibandingkan dengan biaya haji 2024. Hal ini disepakati oleh Kementerian Agama dan Komisi VIII DPR dalam Rapat Kerja yang berlangsung hari ini di Senayan, Jakarta.
Rapat kerja tersebut dipimpin oleh Ketua Komisi VIII DPR, Marwan Dasopang, dan dihadiri oleh Menteri Agama Nasaruddin Umar, Wakil Menteri Agama Romo HR Muhammad Syafi’i, Kepala Badan Penyelenggara Haji (BP Haji) Muhammad Irfan, Kepala Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) Fadlul Imansyah, serta sejumlah pejabat lainnya.
Dalam rapat tersebut, disepakati besaran BPIH untuk setiap jemaah haji reguler tahun 1446 H/2025 M, yang rata-rata sebesar Rp89.410.258,79, dengan asumsi kurs 1 USD sebesar Rp16.000 dan 1 SAR sebesar Rp4.266,67. Menag Nasaruddin Umar menyampaikan bahwa biaya haji tahun 2025 ini lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2024 yang mencapai Rp93.410.286,00.
Komponen Biaya Haji 2025
Biaya Haji 2025 terdiri dari dua komponen utama. Pertama, ada Biaya Perjalanan Ibadah Haji (Bipih) yang dibayar langsung oleh jemaah haji. Kedua, ada Nilai Manfaat yang berasal dari hasil pengelolaan dana setoran awal jemaah.
Penurunan BPIH berdampak pada penurunan Bipih yang harus dibayar oleh jemaah, serta pengalokasian Nilai Manfaat yang lebih besar dari hasil optimalisasi setoran awal.
“Bipih yang dibayar jemaah, rata-rata sebesar Rp55.431.750,78 atau 62% dari total BPIH 2025. Sisanya yang sebesar 38% atau rata-rata sebesar Rp33.978.508,01 dialokasikan dari nilai manfaat,” sebut Menag.
Biaya Haji 2025 telah disahkan, dengan Menteri Agama Nasaruddin menjelaskan bahwa hasil Rapat Kerja dengan Komisi VIII DPR akan menjadi dasar bagi Presiden Prabowo Subiyanto untuk menetapkan BPIH. Sesuai dengan Pasal 48 UU Nomor 8 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah, besaran BPIH akan ditetapkan oleh Presiden atas usul Menteri Agama setelah mendapatkan persetujuan dari DPR RI.
Pada 2025, Indonesia mendapatkan kuota sebanyak 221.000 jemaah, yang terdiri dari 201.063 jemaah haji reguler murni, 1.572 petugas haji daerah, dan 685 pembimbing KBIHU. Selain itu, ada 17.680 jemaah untuk haji khusus.
Sahabat, menjalankan ibadah haji adalah impian setiap Muslim, dan Ventour Travel hadir untuk mewujudkan impian tersebut dengan layanan yang memudahkan serta memberikan pengalaman haji yang nyaman dan penuh berkah.
Dengan pengalaman yang kami miliki, kami siap mendampingi sahabat dalam setiap langkah perjalanan haji, mulai dari persiapan hingga kepulangan, dengan fasilitas terbaik dan pelayanan yang ramah. Bergabunglah bersama Ventour Travel untuk merasakan perjalanan haji yang tak terlupakan, penuh kedamaian, dan tentunya sesuai dengan harapan sahabat.
Kuota haji 2025 telah ditetapkan oleh Pemerintah Saudi Arabia, memberikan peluang bagi 221 ribu jamaah Indonesia untuk melaksanakan ibadah haji.
Dilansir dari Himpuh, Menteri Agama Nasaruddin Umar mengungkapkan bahwa kuota ini juga mencakup 2.210 petugas haji. Dalam rapat kerja dengan Komisi VIII DPR RI pada Senin (30/12), Menag menjelaskan berbagai langkah untuk memastikan kelancaran ibadah haji di tahun tersebut.
“Pemerintah Saudi Arabia telah menetapkan kuota haji tahun 2025 untuk jamaah haji Indonesia sebanyak 221 ribu orang, sementara kuota petugas haji Indonesia sampai saat ini berjumlah 2.210 orang,” Jelasnya
Upaya Penambahan Kuota Petugas Haji 2025
Kuota haji 2025 mencakup petugas haji, tetapi jumlah yang ada masih belum memadai untuk melayani 221 ribu jamaah. Menag Nasaruddin Umar menegaskan bahwa pihaknya akan terus berusaha meningkatkan jumlah petugas haji demi memberikan layanan yang optimal.
“Jumlah tersebut -kuota petugas haji- itu belum mencapai tahap ideal mengingat jamaah haji yang harus dilayani sebanyak 221.000 orang. Karena itu kami akan terus berupaya agar mendapatkan tambahan kuota petugas sebagaimana tahun-tahun sebelumnya,” ujar Menag Nasaruddin Umar.
Kuota haji 2025 juga menyoroti pentingnya pendampingan, terutama karena mayoritas jamaah Indonesia berusia lanjut. Petugas haji dari Indonesia dinilai paling tepat memberikan pendampingan karena memahami bahasa dan kondisi jamaah.
“Yang paling efektif dan paling tepat mendampingi mereka adalah tentu pendampingan dari Indonesia karena bahasanya sama, mungkin juga riwayat penyakit juga tahu dan sebetulnya juga membantu Saudi Arabia sendiri karena makin banyak pendampingan kami, itu otomatis akan mengurangi beban petugas Saudi Arabia sendiri,” imbuh Menag Nasaruddin Umar.
Keputusan kuota haji 2025 memberikan tantangan dan harapan baru bagi jamaah Indonesia, didukung upaya pemerintah untuk meningkatkan kualitas pelayanan.
Semoga perjalanan haji mendatang menjadi pengalaman yang lancar dan penuh keberkahan bagi seluruh jamaah Indonesia.
Haji merupakan salah satu dari lima rukun Islam yang menjadi kewajiban bagi setiap Muslim yang diberi kemampuan, setidaknya sekali seumur hidup.
Sahabat, kewajiban ini memiliki dasar yang kuat, lho! Allah SWT telah memerintahkannya melalui Al-Qur’an, dan Rasulullah SAW juga mengajarkan pentingnya menunaikan ibadah ini dalam hadits-hadits beliau.
“Dan (di antara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, bagi orang yang mampu mengadakan perjalanan ke sana. Siapa yang mengingkari kewajiban haji, maka sesungguhnya Allah Mahakaya dari seluruh alam” (Ali Imran [3]: 97).
Kemudian Rasulullah SAW pun mengingatkan kita akan betapa pentingnya ibadah ini melalui sabda-sabdanya yang terdapat dalam berbagai hadits dan salah satunya
“Wahai manusia, Allah telah mewajibkan kalian untuk menunaikan haji. Maka tunaikanlah haji.” (HR Muslim, al-Nasai, dan Ahmad)
Sahabat, dari ayat dan hadits di atas, kita bisa memahami bahwa ibadah haji adalah sebuah kewajiban yang harus segera ditunaikan bagi siapa saja yang telah memenuhi syarat. Syarat utamanya adalah kemampuan, baik dari segi fisik maupun finansial.
Para ulama pun sepakat bahwa kemampuan ini mencakup tersedianya biaya yang cukup untuk perjalanan, kondisi kesehatan yang baik, serta terjaminnya keamanan selama perjalanan menuju Tanah Suci.
Namun, meski kewajiban ini begitu jelas, banyak di antara kita yang sudah mampu justru memilih untuk menunda pelaksanaannya. Nah, kira-kira, bagaimana ya pandangan agama mengenai hal ini?
Jangan Abaikan Undangan Allah untuk Berhaji
Rasulullah SAW mengingatkan kita tentang pentingnya melaksanakan ibadah haji bagi yang sudah mampu.
Menunda keberangkatan, padahal memiliki kemampuan, bisa membuat kita kehilangan banyak keberkahan. Hal ini tersampaikan dalam sebuah hadits:
“Sesungguhnya Allah Azaa wa jalla berfirman, “Sesungguhnya seorang hamba telah Aku sehatkan badannya, Aku luaskan rezekinya, tetapi berlalu dari lima tahun dan dia tidak menghandiri undangan-Ku (naik haji, karena yang berhaji disebut tamu Allah), maka sungguh dia orang yang benar-benar terhalangi (dari kebaikan)”. (HR. Ibnu Hibban dan dishahihkan oleh Al Albani di dalam kitab Silsilah Al Ahadits Ash Shahihah, no. 1662).
Sahabat, menunda melaksanakan haji tanpa alasan yang jelas adalah sebuah risiko besar. Dalam hadits-hadits Nabi Muhammad SAW, ada peringatan yang menyebutkan bahwa orang seperti itu bisa saja meninggal dalam keadaan menyerupai Yahudi atau Nasrani. Betapa ruginya, bukan?
Allah SWT sebenarnya sudah memberikan kita segala yang dibutuhkan untuk menunaikan haji. Namun, bagi mereka yang terus menunda tanpa alasan, ini bisa menjadi tanda bahwa mereka terhalang dari meraih kebaikan yang besar. Bahkan, Umar bin Khattab radhiallahu ‘anhu pernah mengatakan bahwa seseorang yang mampu berhaji tetapi tidak melaksanakannya bisa dianggap seperti bukan bagian dari umat Muslim.
Langsung Berangkat atau Bisa Ditunda?
Terkait dengan pertanyaan apakah ibadah haji harus segera dilakukan atau boleh ditunda, ternyata ada beragam pandangan dari para ulama, sahabat. Sebagian ulama, seperti Imam Abu Hanifah dan Imam Malik, berpendapat bahwa jika sahabat sudah mampu, maka haji sebaiknya dilaksanakan tanpa menunda. Mereka berpegang pada pentingnya segera menunaikan kewajiban ini, mengingat adanya kemungkinan halangan di masa depan, seperti sakit, kehilangan harta, atau tanggung jawab lain yang mendesak.
Namun, ulama Mazhab Syafi’i memberikan pandangan yang lebih fleksibel. Mereka membolehkan sahabat untuk menunda pelaksanaan haji meski sudah mampu, karena Rasulullah SAW sendiri menunda hajinya selama beberapa tahun setelah kewajiban itu turun. Meski begitu, fatwa MUI menekankan bahwa jika sahabat sudah mampu, sangat dianjurkan untuk segera mendaftar haji agar tidak tertunda lebih lama.
Ada juga kondisi tertentu yang membuat menunda haji menjadi tidak diperbolehkan, sahabat. Menurut fatwa MUI, menunda haji menjadi haram jika sahabat sudah berusia di atas 60 tahun, khawatir kehilangan biaya, atau memiliki kewajiban mengganti haji yang batal sebelumnya. Dalam situasi seperti ini, kewajiban haji harus segera dilaksanakan.
Bagi sahabat yang mampu tetapi terus menunda hingga meninggal dunia, kewajiban hajinya harus digantikan oleh orang lain (badal haji). Namun, jika sahabat sudah mendaftar haji tetapi belum sempat berangkat dan kemudian wafat, sahabat tetap mendapatkan pahala haji dan juga harus dibadal hajikan.
Haji adalah impian mulia setiap Muslim, baru-baru ini, Menag Nasaruddin Umar menginformasikan adanya pembaruan kebijakan dari Pemerintah Arab Saudi.
Hal ini bertujuan meningkatkan kualitas pelayanan jemaah. Langkah ini diharapkan dapat memberikan pengalaman ibadah yang lebih nyaman dan tertib bagi para calon jemaah.
Kebijakan Baru Haji 2025
Dilansir dari Himpuh, dalam upaya mewujudkan ibadah haji yang lebih tertib dan penuh berkah, Pemerintah Arab Saudi telah menetapkan aturan baru untuk pelaksanaan haji tahun 2025M/1446H. Menteri Agama, Nasaruddin Umar, menjelaskan bahwa salah satu kebijakan terbaru ini adalah pengurangan kuota pendamping haji hingga 50%.
“Ya, memang ada peraturan baru. Pengurangan pendamping 50% ini kebijakan dari Saudi Arabia,” ujar Nasaruddin setelah menghadiri Mukernas ke-IV Majelis Ulama Indonesia (MUI) di Grand Sahid Jaya, Jakarta Pusat, Selasa (17/12/2024).
Mulai tahun 2025, akan ada perubahan kebijakan yang cukup penting, Jika sebelumnya jumlah pendamping haji mencapai sekitar 2.200 orang setiap tahunnya, nanti jumlahnya akan dikurangi menjadi hanya sekitar 1.100 orang saja.
Upaya Peninjauan Kebijakan oleh Menag
Menag Nasaruddin menyampaikan bahwa kebijakan ini akan ditinjau ulang sambil terus berupaya menjalin komunikasi dengan Pemerintah Arab Saudi. Langkah ini diambil agar keputusan yang diambil nantinya tidak mengganggu kenyamanan dan kelancaran ibadah calon jemaah haji kita selama berada di Tanah Suci.
“Pertama karena daftar tunggu haji Indonesia itu 48 tahun berarti rata-rata peserta haji berusia tua sehingga perlu pendamping dan saya minta ini untuk ditinjau kembali,” kata Menag Nasaruddin.
Upaya Menag Pastikan Pendamping Haji Tetap Optimal
Beliau saat ini sedang aktif berkomunikasi dengan Pemerintah Arab Saudi untuk memastikan jumlah pendamping haji yang proporsional. Menurutnya, keberadaan pendamping haji sangat membantu dalam mengurus kebutuhan jamaah Indonesia selama di Tanah Suci, mulai dari kedatangan di bandara hingga aktivitas di Mekkah dan Madinah. Oleh karena itu, beliau berharap jumlah pendamping ini tidak perlu dikurangi.
“Kalau pendampingnya orang Indonesia kan mereka memahami bahasa, tahu apa penyakit orang yang didampingi dan seterusnya ini pertimbangan kami,” uapnya.
Semoga upaya ini dapat memberikan kenyamanan dan kelancaran bagi sahabat yang akan menunaikan ibadah haji di tahun 2025. Mari kita doakan agar segala prosesnya berjalan lancar dan membawa manfaat besar bagi jamaah Indonesia.
Maskapai penerbangan siap menyukseskan perjalanan haji 2025, Proses seleksi transportasi udara jemaah haji 1446 H telah resmi dimulai.
Kementerian Agama resmi membuka proses seleksi untuk penyediaan transportasi udara bagi jemaah haji 1446 H pada hari ini, Kamis (12/12/2024), di kantor Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU).
Ada enam maskapai yang sudah hadir dan mengambil dokumen untuk menjadi bagian dari perjalanan penting ini, yaitu Garuda Indonesia, Citilink, Lion Air, Pelita Air, Saudia Airlines, dan Flynas.
Penyediaan Maskapai Penerbangan Haji 2025
Direktur Layanan Haji dalam Negeri, Muhammad Zain, menyampaikan bahwa proses penyediaan transportasi udara bagi jemaah haji tahun 1446 H/2025 M akan mengikuti pedoman dari Keputusan Menteri Agama (KMA) Nomor 1197 Tahun 2024.
Pria yang akrab disapa M. Zain ini menegaskan bahwa setiap langkah dalam proses tersebut akan dilakukan dengan transparan dan penuh tanggung jawab. Jadi, sahabat tidak perlu khawatir, karena semuanya akan dijalankan dengan baik dan terbuka.
“Penyediaan transportasi udara kita lakukan secara transparan dan akuntabel. Semua maskapai diundang untuk turut mengikuti seleksi agar terjadi kompetisi yang sehat dalam penyediaan transportasi udara bagi jemaah haji,” ujar M Zain.
“Pelayanan haji tahun ini harus maksimal, lebih baik dari tahun lalu, dan harus ada peningkatan kualitas layanan,” lanjutnya.
Kuota Haji Indonesia
Indonesia mendapatkan kuota haji sebanyak 221.000 jemaah untuk tahun 1446 H/2025 M. Kuota ini dibagi menjadi 92% untuk haji reguler dan 8% untuk haji khusus.
Menurut M. Zain, banyak jemaah haji Indonesia yang sudah berusia lanjut. Karena itu, penting sekali menyediakan layanan yang lebih prioritas dan khusus, termasuk saat perjalanan di dalam pesawat.
“Biaya penerbangan sebagai komponen terbesar biaya penyelenggaraan haji, agar bisa lebih efisien dan layanan lebih maksimal,” tuturnya.
Dalam pertemuan bersama pihak maskapai, Ditjen PHU menjelaskan berbagai hal yang perlu dipersiapkan. Mulai dari syarat administrasi hingga teknis operasional, baik sebelum keberangkatan maupun setelah kepulangan, semua harus terpenuhi untuk menjadi penyedia transportasi udara bagi jemaah haji.
Tradisi menggunduli rambut setelah ibadah haji dan umroh dianggap menjadi kewajiban bagi sebagian orang. Namun, ada pula yang meyakini praktik tahalul saat haji dan umroh hanya sebatas mencukur rambut dan tidak sampai gundul.
Lantas, bagaimana pandangan agama Islam tentang tahalul? Haruskah menggunduli rambut atau hanya mencukur beberapa helai rambut saja?
Dijelaskan dalam Buku Tuntunan Manasik Haji dan Umrah 2024 yang diterbitkan oleh Kementerian Agama RI, bercukur merupakan salah satu rukun ibadah haji dan umroh. Dalam mazhab Syafi’i pun dijelaskan, bercukur termasuk salah satu rukun haji dan umroh yang tidak boleh dilewatkan.
Tahallul dalam hukum fiqih yaitu keluar dari keadaan ihram setelah selesai melaksanakan sebagian atau seluruh rangkaian amalan haji atau umroh. Proses tahallul ini biasanya ditandai dengan bercukur rambut, setidaknya tiga helai.
Bagi jemaah umroh, tahallul dilakukan setelah menyelesaikan tawaf dan sa’i. Ada tiga makna yang terkandung dalam pelaksanaan tahallul ini. Pertama, larangan-larangan yang berlaku selama ihram menjadi gugur. Kedua, para jemaah haji atau umroh kembali dalam keadaan halal, yang berarti mereka bisa melanjutkan aktivitas normal seperti biasa. Dan yang ketiga, tahallul menandai dimulainya kembali rutinitas keseharian mereka setelah melaksanakan ibadah.
Haruskah Jamaah Haji dan Umroh Botak?
Dalam buku Ringkasan Fiqih Mazhab Syafi’i karya Musthafa Dib Al Bugha, dijelaskan bahwa sebaiknya mencukur rambut dilakukan dengan menghadap kiblat, dan setidaknya mencukur tiga helai rambut.
Bagi sahabat pria yang melaksanakan haji dan umroh, disarankan untuk mencukur sebagian rambut kepala atau memendekkannya. Namun, yang lebih utama adalah menggunduli rambut sebagai tanda kesempurnaan ibadah. Oleh karenanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mendoakan,
“Ya Allah, ampunilah mereka yang menggundul habis.” Para sahabat berkata, “Wahai Rasulullah, bagaimana kalau cuma sekedar memendekkan?” Beliau masih bersabda, “Ya Allah, ampunilah mereka yang menggundul habis.” Para sahabat balik bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana cuma sekedar memendekkan?” Beliau masih bersabda, “Ya Allah, ampunilah mereka yang menggundul habis.” Para sahabat kembali bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana cuma sekedar memendekkan?” Baru beliau menjawab, “Dan juga bagi yang memendekkan.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Sementara bagi sahabat wanita, yang utama adalah memendekkan rambut. Menggunduli kepala pada wanita dianggap makruh dalam ajaran Islam.
Imam Al Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulumuddin juga memberikan penjelasan tentang cara mencukur rambut bagi pria. Beliau menjelaskan “Pada saat bercukur, disunnahkan menghadap ke kiblat dan memulai pada bagian depan kepala. Kemudian mencukur sisi kanan sampai pada kedua tulang yang menonjol di belakang kepala. Kemudian mencukur sisi berikutnya.”
Imam Al Ghazali juga menambahkan, “Bagi seorang wanita, disunnahkan hanya menggunting sedikit saja dari rambutnya”.
Dengan demikian, sahabat tidak diwajibkan untuk menggunduli rambut saat menjalankan ibadah haji maupun umrah, cukup mengikuti ketentuan yang ada.
Dengan mengaktifkan roaming paket internet khusus haji dan umrah, sahabat yang sedang beribadah bisa tetap terhubung dengan keluarga di Tanah Air. Paket ini mempermudah sahabat untuk berbagi kabar, mengirim pesan, atau sekadar mengobrol melepas rindu.
Di samping itu, paket internet ini juga memberi kemudahan akses informasi selama berada di Mekkah dan sekitarnya, sehingga perjalanan ibadah bisa berjalan dengan lebih nyaman dan lancar. Untuk itu, yuk cari tahu bagaimana cara mengaktifkan paket ini agar komunikasi selama ibadah tetap lancar tanpa kendala.
Cara Aktifkan Roaming Data di Handphone
Handphone Android
Buka menu Pengaturan di ponsel.
Pilih menu Kartu SIM.
Cari dan pilih opsi Roaming Data.
Centang pilihan Aktifkan Roaming Data untuk mengaktifkannya.
Setelah selesai, restart HP sahabat dengan menekan tombol power, lalu pilih Restart.
Ketika HP kembali menyala, hubungkan kembali ke data internet. Mode roaming data akan otomatis aktif, dan sahabat dapat menikmati akses internet meskipun sedang berada di luar negeri.
Handphone Iphone
Buka menu Pengaturan di ponsel iPhone-mu.
Cari dan pilih Menu Data Seluler.
Masuk ke Pengaturan Data Seluler.
Aktifkan opsi Roaming Data.
Setelah sahabat mengaktifkan Roaming Data di ponsel, sahabat akan dikenakan biaya layanan sesuai dengan tarif roaming data dari masing-masing provider. Kabar baiknya, beberapa operator seluler sudah menyediakan paket internet khusus yang dirancang untuk jemaah umroh maupun haji.
Paket Internet khusus Umroh dan Haji di Provider Indonesia
1. Telkomsel
Unduh dan Instal Aplikasi “MyTelkomsel” dari Google Play Store (Android) atau App Store (iOS).
Buka aplikasi, lalu login menggunakan nomor telepon sahabat dan ikuti instruksi untuk verifikasi.
Setelah berhasil masuk, cari menu layanan dan pilih opsi Roaming akan muncul daftar paket roaming populer di berbagai destinasi.
Pilihlah paket sesuai negara yang ingin sahabat kunjungi.
Setelah memilih paket dan melakukan pembayaran, ikuti petunjuk untuk mengaktifkan layanan roaming internasional. Pastikan sahabat membaca syarat dan ketentuan yang berlaku terlebih dahulu.
2. Indosat Ooredoo
Unduh aplikasi MyIM3 di Play Store (Android) atau App Store (iOS).
Login menggunakan nomor IM3 sahabat.
Pilih menu Internet lalu pilih opsi Roaming.
Klik pada pilihan Umroh Haji.
Pilih paket internet yang sahabat butuhkan.
Tentukan metode pembayaran yang diinginkan.
Tunggu beberapa saat hingga paket internet haji Indosat aktif.
3. XL Axiata
Unduh aplikasi MyXL di Google Play Store (Android) atau App Store (iPhone).
Buka aplikasi, lalu login ke akun sahabat.
Klik menu Beli Paket.Pilih opsi Add On.
Pilih opsi Internasional.Klik paket Umroh dan Haji.
Pilih paket yang sesuai kebutuhan sahabat.
Selesaikan proses pembayaran.
4. Smartfren
Unduh aplikasi MySmartfren melalui Google Play Store atau App Store.
Buka aplikasi, lalu login dengan nomor Smartfren yang akan digunakan.
Pilih menu Beli Paket.
Klik opsi Add on.
Pilih opsi International Roaming.
Pilih paket internet Haji Smartfren yang diinginkan kemudian Selesaikan pembayaran.
5. Hutchison Tri Indonesia
Unduh aplikasi bima+ di Play Store (Android) atau App Store (iOS).
Login dengan nomor Tri sahabat.
Pilih menu Beli.
Klik Roaming yang ditandai dengan ikon pesawat.
Pilih Trip Ibadah.
Pilih paket Tri haji yang diinginkan kemudian Klik Beli.
Pilih metode pembayaran dan Klik Lakukan pembayaran kemudian tunggu hingga pembayaran berhasil.
Dengan mengikuti langkah-langkah yang telah dijelaskan, sahabat kini dapat dengan mudah mengaktifkan layanan roaming internasional atau memilih paket internet umroh atau haji dari berbagai provider Indonesia.
Pastikan untuk memilih paket yang sesuai dengan kebutuhan sahabat selama perjalanan ibadah, dan selalu periksa syarat serta ketentuan yang berlaku agar perjalanan umroh atau haji sahabat semakin lancar dan nyaman. Selamat beribadah dan semoga segala urusan selama perjalanan berjalan dengan baik.
Selama sahabat menjalankan ibadah umroh atau haji, akses internet menjadi kebutuhan penting bagi sahabat saat berada di Tanah Suci. Selain untuk tetap berbagi kabar dengan keluarga di Indonesia, akses internet juga membantu sahabat tetap terhubung dengan teman-teman rombongan di Arab Saudi.
Namun sahabat mungkin merasa bingung saat harus menentukan pilihan provider. Apakah sebaiknya sahabat menggunakan paket roaming dari provider di Indonesia atau membeli kartu perdana dari provider lokal Arab Saudi? Memilih layanan komunikasi yang tepat tentu menjadi langkah bijak agar sahabat bisa tetap terhubung dengan keluarga maupun kerabat tercinta agar merasa nyaman selama di sana.
Dilansir dari Liputan6, cerita dari Suseno seorang warga Indonesia yang tinggal di Arab Saudi. Menurutnya, bagi sahabat yang hanya tinggal sementara selama ibadah umroh maupun musim haji, lebih baik menggunakan provider Indonesia. Dengan cara ini, komunikasi akan lebih mudah dan biaya bisa lebih terkendali, sehingga sahabat tetap nyaman selama beribadah di tanah suci.
Keuntungan Pakai Internet Provider Indonesia Saat Umroh atau Haji
1. Paket Roaming dapat dibeli di Indonesia
Pembelian paket roaming bisa dilakukan langsung dari Indonesia. Bahkan, beberapa provider sudah menyediakan booth khusus di Embarkasi keberangkatan, sehingga sahabat yang ingin tetap memakai kartu seluler Indonesia selama di Arab Saudi bisa lebih mudah mengaktifkan paketnya. Dengan begitu, komunikasi selama perjalanan pun jadi lebih lancar tanpa perlu repot mencari layanan setibanya di sana.
Sahabat, tak perlu khawatir tentang urusan kartu atau nomor telepon ketika sampai di tanah suci. Bagi yang sudah mempersiapkan paket roaming dari Indonesia, sahabat cukup mengaktifkannya begitu tiba di Arab Saudi.
Dengan cara ini, komunikasi dengan keluarga tercinta di rumah dapat langsung tersambung tanpa kendala, membuat perjalanan ibadah sahabat lebih nyaman dan tenang.
3. Dapat diurus oleh Keluarga di Indonesia
Jika sahabat mengalami kendala, keluarga di rumah bisa membantu menghubungi customer service di Indonesia untuk memastikan semuanya lancar. Begitu pula, jika paket data sahabat habis, keluarga bisa dengan mudah menambahkan atau membeli paket baru dari Tanah Air agar komunikasi tetap berjalan tanpa hambatan.
4. Sinyal Lebih Merata
Beberapa provider di Indonesia kini sudah bekerja sama dengan tiga provider lokal di Arab Saudi. Kerja sama ini membuat sinyal lebih merata bagi jemaah haji, karena perangkat bisa otomatis berpindah ke sinyal yang paling kuat saat sahabat bergerak dari satu lokasi ke lokasi lain.
Di sisi lain, setiap provider lokal Arab Saudi memiliki jangkauan yang berbeda-beda di berbagai wilayah, sehingga pilihan ini membantu memastikan koneksi tetap lancar di berbagai tempat yang sahabat kunjungi selama beribadah.
5. Video Call di Whatsapp Menjadi Mudah
Provider lokal Arab Saudi tidak mendukung layanan video call menggunakan WhatsApp. Padahal, aplikasi ini begitu populer di kalangan jemaah Indonesia sebagai cara mudah untuk tetap terhubung dengan keluarga.
Beruntungnya, jika sahabat menggunakan provider dari Tanah Air, sahabat masih bisa melakukan video call seperti biasa. Jadi, meskipun berada jauh di negeri seberang, sahabat tetap bisa melepas rindu dengan keluarga di rumah melalui video call kapan pun diinginkan.
6. Registrasi Sangat Mudah
Di Indonesia proses registrasi kartu perdana provider begitu mudah. Sahabat bisa langsung melakukan registrasi sendiri, tanpa perlu repot-repot datang ke konter.
Namun, berbeda ketika sahabat berada di Arab Saudi. Di sana, provider lokal mengharuskan jemaah untuk datang ke konter guna melakukan registrasi ulang dengan paspor. Tantangan lain yang sering dihadapi adalah perbedaan bahasa.
Tidak semua petugas di konter mampu berbahasa Indonesia dengan baik, sehingga terkadang muncul kendala dalam komunikasi. Beberapa jemaah mungkin memilih bantuan pihak ketiga untuk proses ini, tetapi perlu diingat bahwa jika terjadi masalah di kemudian hari, proses klaim mungkin akan menjadi lebih sulit bagi sahabat.
Provider Indonesia yang Dapat Dipakai untuk Internet saat Ibadah Umroh atau Haji
1. Telkomsel
Telkomsel menghadirkan layanan RoaMAX Haji maupun Umroh. Dengan layanan ini, sahabat tetap bisa terhubung dengan keluarga di rumah tanpa perlu repot mengganti kartu. Akses internet, panggilan telepon, semuanya tersedia untuk menemani perjalanan sahabat agar tetap nyaman dan tenang menjalani ibadah.
2. Indosat Ooredoo
Indosat Ooredoo juga hadir dengan berbagai pilihan paket internet yang dirancang khusus untuk kebutuhan sahabat selama di Tanah Suci. Berdasarkan informasi dari laman resminya, Indosat menyediakan lima jenis paket internet, yang masing-masing dibedakan berdasarkan kuota dan masa berlaku.
3. XL Axiata
XL Axiata punya solusi untuk kebutuhan internet selama ibadah di tanah suci. Dengan paket data internet khusus haji dan umroh, sahabat bisa selalu terhubung dengan orang-orang terdekat dan mengakses informasi penting tanpa khawatir kehabisan kuota. Paket ini hadir dengan masa aktif hingga 45 hari, jadi sahabat bisa nyaman berselancar di internet sepanjang perjalanan ibadah.
4. Smartfren
Kini sahabat pengguna operator Smartfren bisa menikmati akses internet di Arab Saudi dengan lebih mudah, tanpa repot mengganti kartu. Sejak pertengahan Juni 2023, Smartfren telah menyediakan paket internet khusus untuk sahabat yang ingin menjalankan ibadah Umroh atau Haji.
5. Hutchison Tri Indonesia
Tri telah menjalin kolaborasi khusus dengan tiga operator seluler di Arab Saudi untuk menghadirkan paket internet haji yang siap mendukung sahabat selama berada di Tanah Suci. Bersama Mobily, STC, dan ZAIN, Tri memastikan sahabat tetap terhubung dengan mudah dan nyaman. Berikut adalah pilihan paket internet roaming yang dapat sahabat manfaatkan agar perjalanan haji semakin lancar dan penuh kemudahan.
STC adalah operator telepon selular andalan milik pemerintah yang memiliki jangkauan terluas. Bagi sahabat yang butuh akses internet cepat dan stabil, STC menawarkan paket internet berkecepatan tinggi yang bisa diandalkan. Dengan layanan yang begitu luas, STC menjadi pilihan utama bagi masyarakat Saudi serta jamaah umroh dan haji dalam memenuhi kebutuhan komunikasi dan data selama berada di Tanah Suci.
2. Mobily
Mobily atau Etihad Etisalat punya beragam pilihan paket data yang bisa sahabat pilih sesuai kebutuhan. Mulai dari internet seluler yang praktis hingga layanan berkecepatan tinggi, semuanya dirancang untuk memberikan kenyamanan lebih saat sahabat ingin berkomunikasi dengan keluarga di tanah air.
3. Zain
Sebagai salah satu operator telekomunikasi internasional terkemuka, Zain hadir di Arab Saudi untuk membantu memenuhi kebutuhan komunikasi sahabat selama ibadah haji. Zain menyediakan beragam pilihan paket data yang bisa sahabat pilih sesuai kebutuhan.
Dengan mempertimbangkan kebutuhan dan kenyamanan sahabat selama di Tanah Suci, memilih opsi layanan internet yang tepat sangat penting. Pastikan sahabat memilih provider yang sesuai dengan kebutuhan komunikasi, agar ibadah haji berjalan lancar tanpa hambatan.
Pemerintah Arab Saudi memberikan larangan besar pada penggunaan visa haji yang ilegal bagi setiap calon jemaah yang ingin menunaikan ibadah haji. Ketentuan ini tidak hanya sekadar aturan administratif, namun juga didasari oleh fatwa dari Haiah Kibaril Ulama Saudi yang menegaskan bahwa setiap individu yang ingin berhaji wajib memiliki izin resmi dari otoritas yang berwenang.
Dengan adanya izin khusus ini, Pemerintah Arab Saudi berharap ibadah haji dapat berjalan lancar dan tertib, serta sesuai dengan regulasi yang telah ditetapkan.
Sanksi Jika Berhaji Dengan Visa Haji Ilegal
Di Indonesia, aturan mengenai pelaksanaan ibadah haji sudah sangat jelas dan diatur dalam Undang-Undang No. 8 tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah. Aturan ini mengharuskan setiap jemaah untuk menggunakan visa resmi saat melaksanakan ibadah haji.
Begitu juga dengan pemerintah Saudi yang sudah menetapkan sanksi bagi siapa saja yang berhaji tanpa visa dan izin resmi atau biasa disebut “tasreh.”
Denda sebesar 10.000 riyal bagi setiap warga negara atau ekspatriat yang tertangkap tidak memiliki izin haji.
Deportasi ekspatriat yang melanggar peraturan berhaji dan melarang mereka memasuki Kerajaan Arab Saudi sesuai jangka waktu yang diatur undang-undang.
Denda dua kali lipat (2 x 10.000 riyal) jika terjadi pelanggaran berulang.
Barangsiapa mengkoordinir jemaah yang melanggar peraturan berhaji tanpa izin, diancam pidana penjara paling lama 6 bulan dan denda paling banyak 50.000 riyal.
Tujuannya adalah mengatur jumlah jemaah saat haji serta memastikan ibadah dapat dilakukan dengan tenang dan aman. Hal ini selaras dengan tujuan hukum yang telah diatur dalam dalil dan aturan syariah, yang berfokus pada keselamatan dan kenyamanan setiap jemaah.
Mengingat haji merupakan ibadah tahunan yang mempertemukan jutaan umat muslim dari berbagai penjuru dunia, manajemen kerumunan di Arab Saudi dilakukan dengan perhitungan matang terhadap infrastruktur jalan. Sistem ini dirancang secara ilmiah agar pergerakan jemaah dapat berjalan tertib, dengan pengaturan jumlah yang seimbang setiap jamnya.
Namun, ketika ada gelombang jemaah yang masuk tanpa tercatat atau terpantau, potensi terjadi desak-desakan di satu jalur tertentu sangat besar. Kondisi ini bisa mengakibatkan insiden yang berbahaya, sehingga sangat penting untuk memastikan semua jemaah terdata dan tertata dengan baik.
2. Wabah Epidemi
Tanpa adanya pemberlakuan izin haji, sahabat mungkin akan melihat dampaknya pada kesehatan para jamaah. Dengan kondisi ini, jamaah haji tidak diwajibkan menjalani vaksinasi atau memenuhi persyaratan kesehatan lainnya. Hal ini tentu bisa menimbulkan risiko, di mana peluang munculnya wabah penyakit menjadi lebih besar. Penyebaran penyakit secara mendadak dapat mengancam kesehatan jamaah yang rentan selama menjalankan ibadah haji.
3. Serangan Teroris
Ada titik-titik tertentu dalam pelaksanaan ibadah haji yang dianggap rawan terhadap penyusupan barang-barang berbahaya. Salah satunya terkait tas-tas yang dibawa oleh jamaah yang masuk dengan cara tidak resmi dan tidak melalui pemeriksaan ketat. Kondisi ini bisa membuka peluang bagi pihak yang tidak bertanggung jawab untuk menyelundupkan barang-barang berbahaya, seperti bahan peledak atau bahkan senjata, ke area haji.
4. Penanganan Kesehatan
Kerajaan Arab Saudi dengan penuh perhatian menyediakan dokter, perawat, dan obat-obatan yang cukup agar setiap 100 jamaah memiliki akses ambulans.
Upaya ini dilakukan untuk memastikan kesehatan dan keselamatan jamaah selama menjalani ibadah. Namun, bagi jamaah yang datang dengan cara yang tidak sesuai prosedur, risiko meningkatnya angka kematian atau cacat permanen dapat menjadi hal yang mengkhawatirkan.
5. Kehilangan dan Penculikan
Banyak keluarga yang datang tanpa izin, termasuk membawa anak-anak kecil. Hal ini sebenarnya cukup berisiko, karena data seperti sidik jari atau informasi pribadi anak-anak tersebut tidak tercatat di sistem keamanan Saudi. Jika terjadi hal yang tidak diinginkan, seperti kasus anak hilang atau penculikan, kemungkinan untuk menemukannya bisa lebih kecil di tengah jutaan jemaah haji. Keamanan ini sangat penting untuk memastikan pengalaman ibadah yang aman bagi seluruh keluarga.
6. Haji Tanpa Izin Dilarang
Dampak dari pelanggaran ini sebenarnya tidak hanya merugikan satu orang saja, tapi juga bisa berimbas pada jemaah lainnya. Bayangkan, tindakan melanggar aturan ini membawa konsekuensi yang lebih besar daripada sekadar kesalahan pribadi pelakunya. Kerugian yang diakibatkan bukan hanya tentang materi, namun juga terkait dengan tanggung jawab moral dan dosa yang turut ditanggung.
Ulama di Saudi menegaskan bahwa berangkat haji tanpa izin merupakan tindakan yang sebaiknya dihindari. Karena aturan ini dibuat oleh pemerintah untuk menjaga ketertiban dan kebaikan bersama, memastikan setiap jamaah bisa menjalankan ibadah dengan nyaman dan aman.
Melanggar aturan tersebut dianggap tidak tepat, karena melanggar ketentuan yang disusun demi kebaikan bersama. Jadi, sahabat, mari kita saling mendukung dengan mengikuti aturan yang telah ditetapkan, agar perjalanan ibadah kita menjadi lebih berkah dan penuh kedamaian.
Haji Tamattu dimulai dengan ibadah umrah terlebih dahulu, lalu dilanjutkan dengan rangkaian ibadah haji, menjadikannya salah satu cara menunaikan haji. Dalam bahasa Arab, kata “tamattu'” berasal dari kata “tamatta’a” yang berarti menikmati atau bersenang-senang.
Jadi, setelah selesai melaksanakan umrah dan melakukan tahallul, sahabat diperbolehkan untuk beristirahat dan menikmati waktu sebelum memasuki prosesi ibadah haji.
“Apabila kamu telah aman, maka bagi siapa yang ingin bersenang-senang mengerjakan ‘umrah sebelum haji, hewan kurban yang mudah didapat. Tetapi jika ia tidak menemukan, maka wajib berpuasa tiga hari dalam masa haji dan tujuh hari apabila kamu telah pulang kembali.” (QS Al-Baqarah ayat 196)
Rasulullah SAW melaksanakan haji tamattu berdasarkan hadits berikut:
Artinya: Abdullah bin Umar berkata: “Rasulullah Saw melaksakan haji Wada’ secara tamattu’ dengan umrah kemudian haji. Beliau menyembelih hewan yang dibawa serta sejak dari Dzulhulaifah. Rasulullah memulai bertalbiyah saat umrah kemudian bertalbiyah kembali saat haji. Orang-orang yang ikut serta bersama Rasulullah juga melaksanakan haji tamattu’ dengan umrah terlebih dulu baru kemudian berhaji.” (HR. Al-Bukhari)
Panduan Ibadah Haji Tamattu
Dalam pelaksanaan Haji Tamattu, jemaah yang ingin berangkat ke tanah suci perlu melakukannya di dalam bulan-bulan haji, yaitu Syawal, Dzulqadah, dan Dzulhijjah sebelum hari Arafah. Pada awal perjalanan, jemaah melakukan ihram dari miqat dengan niat untuk menunaikan ibadah umrah terlebih dahulu, bukan haji. Setelah umrah selesai, barulah nanti diikuti dengan ibadah haji.
Sesampainya di Makkah, sahabat akan menyelesaikan ihram dan beristirahat di kota suci ini sambil menikmati suasana sebelum dimulainya rangkaian ibadah haji. Biasanya, jemaah yang telah menunaikan umrah akan menunggu beberapa hari hingga tiba saatnya berangkat ke Arafah, untuk memulai niat haji dan menjalankan ritual-ritual haji selanjutnya.
Dalam masa menunggu ini, sahabat memiliki kebebasan untuk menikmati waktu tanpa terikat oleh ketentuan ihram. Masa tunggu ini bisa beragam, mulai dari seminggu hingga sebulan, tergantung jadwal yang sahabat pilih. Walaupun ada istilah yang berbeda dalam tata cara berhaji, pada dasarnya rukun haji yang sahabat jalani tetap sama, yang mencakup tahapan-tahapan utama dalam ibadah haji.
Namun, bila sahabat memilih metode Tamattu’ dalam berhaji, ada kewajiban untuk membayar dam sebagai bagian dari ketentuan ibadah ini.
Tata Cara Membayar Dam
Dalam ibadah Haji Tamattu, Allah SWT menetapkan kewajiban untuk membayar denda, yang dalam fikih dikenal dengan istilah dam atau hadyu. Dam sendiri berarti ‘darah’, dan dalam konteks ini, mengacu pada pembayaran denda dengan cara menyembelih seekor kambing sebagai bentuk pengganti atau kompensasi.
Sedangkan hadyu, adalah persembahan yang dikhususkan untuk Tanah Haram. Hewan yang bisa dijadikan kurban ini beragam, seperti unta, sapi, atau kambing, tergantung pada kemampuan jamaah.
Namun, penting untuk diketahui bahwa penyembelihan hewan untuk dam Haji Tamattu hanya sah jika dilakukan di Tanah Haram. Jika dilakukan di luar area tersebut, maka hukumnya tidak sah. Para ulama sendiri memiliki pandangan yang berbeda-beda mengenai waktu terbaik untuk penyembelihan dam ini, sehingga muncul variasi dalam pelaksanaannya sesuai dengan pemahaman masing-masing.
Terkait waktu pembayaran dam bagi sahabat yang menjalankan Haji Tamattu, ada perbedaan pandangan di kalangan ulama. Namun, menurut ulama Syafi’iyah, waktu terbaik untuk melakukan penyembelihan dam adalah pada hari nahar, yaitu tanggal 10 Dzulhijjah. Hal ini sesuai dengan praktek yang pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW serta untuk menghindari perbedaan pandangan dengan ulama dari kalangan Hanafiyah, Malikiyah, dan Hanabilah, seperti yang disebutkan dalam Al-Fiqhu al-Islami wa Adillatuh.
Bagi sahabat jamaah haji asal Indonesia, biasanya pembayaran dam akan dikoordinasikan oleh pihak Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) atau melalui warga Indonesia yang tinggal di Arab Saudi (muqimim), sehingga lebih mudah dan teratur. Sedangkan untuk sahabat yang menjadi petugas haji, pembayaran dam dikoordinasikan oleh sektor masing-masing demi memudahkan pelaksanaannya agar tetap berjalan optimal.
Bagi Sahabat yang menginginkan kenyamanan sahabat dalam menunaikan ibadah haji. Ventour Travel menghadirkan keberangkatan haji tanpa masa tunggu yang panjang, tersedia program Haji Khusus dengan masa tunggu relatif singkat, sekitar 5 hingga 9 tahun. Program ini dirancang agar sahabat dapat menjalani ibadah dengan lebih tenang dan nyaman.
Selain itu, Ventour Travel juga menyediakan layanan Haji Furoda yang memungkinkan sahabat untuk langsung berangkat tanpa antrean panjang. Program ini membantu sahabat melaksanakan ibadah dengan lebih cepat, sambil tetap mendapatkan bimbingan terbaik di setiap tahap perjalanan.