Ingin Naik Haji? Inilah Panduan Lengkap Haji Tamattu

Pengertian Haji Tamattu

Haji Tamattu dimulai dengan ibadah umrah terlebih dahulu, lalu dilanjutkan dengan rangkaian ibadah haji, menjadikannya salah satu cara menunaikan haji. Dalam bahasa Arab, kata “tamattu'” berasal dari kata “tamatta’a” yang berarti menikmati atau bersenang-senang.

Gambar 1 : Haji Tamattu Merupakan Salah Satu Tiga Jenis Haji

Jadi, setelah selesai melaksanakan umrah dan melakukan tahallul, sahabat diperbolehkan untuk beristirahat dan menikmati waktu sebelum memasuki prosesi ibadah haji.

Berdasarkan firman Allah SWT:

فَإِذَا أَمِنتُمْ فَمَن تَمَتَّعَ بِالْعُمْرَةِ إِلَى الْحَجِّ فَمَا اسْتَيْسَرَ مِنَ الْهَدْيِ فَمَن لَّمْ يَججِدْ فَصِيَامُ ثَلاثَةِ أَيَّامٍ فِي الْحَجِّ وَسَبْعَةٍ إِذَا رَجَعْتُمْ

“Apabila kamu telah aman, maka bagi siapa yang ingin bersenang-senang mengerjakan ‘umrah sebelum haji, hewan kurban yang mudah didapat. Tetapi jika ia tidak menemukan, maka wajib berpuasa tiga hari dalam masa haji dan tujuh hari apabila kamu telah pulang kembali.” (QS Al-Baqarah ayat 196)

Rasulullah SAW melaksanakan haji tamattu berdasarkan hadits berikut:

أَنَّ عبداللهِ بْنَ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، قَالَ: تَمَتَّعَ رَسُولُ اللهِ ﷺ فِي حَجَّةِ الْوَدَاعِ بِالْعُمْرَةِ إِلَى الْحَجِّ، وَأَهْدَى، فَسَاقَ مَعَهُ الْهَدْيَ مِنْ ذِي الْحُلَيْفَةِ، وَبَدَأَ رَسُولُ اللهِ ﷺ فَأَهَلَّ بِالْعُمْرَةِ، ثُمَّ أَهَلَّ بِالْحَجِّ، وَتَمَتَّعَ النَّاسُ مَعَ رَسُولِ اللهِ ﷺ بِالْعُمْرَةِ إِلَى الْحَجِّ،

Artinya: Abdullah bin Umar berkata: “Rasulullah Saw melaksakan haji Wada’ secara tamattu’ dengan umrah kemudian haji. Beliau menyembelih hewan yang dibawa serta sejak dari Dzulhulaifah. Rasulullah memulai bertalbiyah saat umrah kemudian bertalbiyah kembali saat haji. Orang-orang yang ikut serta bersama Rasulullah juga melaksanakan haji tamattu’ dengan umrah terlebih dulu baru kemudian berhaji.” (HR. Al-Bukhari)

Panduan Ibadah Haji Tamattu

Dalam pelaksanaan Haji Tamattu, jemaah yang ingin berangkat ke tanah suci perlu melakukannya di dalam bulan-bulan haji, yaitu Syawal, Dzulqadah, dan Dzulhijjah sebelum hari Arafah. Pada awal perjalanan, jemaah melakukan ihram dari miqat dengan niat untuk menunaikan ibadah umrah terlebih dahulu, bukan haji. Setelah umrah selesai, barulah nanti diikuti dengan ibadah haji.

Gambar 2 : Urutan Panduan Ibadah Haji Tamattu @ventour_travel

Sesampainya di Makkah, sahabat akan menyelesaikan ihram dan beristirahat di kota suci ini sambil menikmati suasana sebelum dimulainya rangkaian ibadah haji. Biasanya, jemaah yang telah menunaikan umrah akan menunggu beberapa hari hingga tiba saatnya berangkat ke Arafah, untuk memulai niat haji dan menjalankan ritual-ritual haji selanjutnya.

Dalam masa menunggu ini, sahabat memiliki kebebasan untuk menikmati waktu tanpa terikat oleh ketentuan ihram. Masa tunggu ini bisa beragam, mulai dari seminggu hingga sebulan, tergantung jadwal yang sahabat pilih. Walaupun ada istilah yang berbeda dalam tata cara berhaji, pada dasarnya rukun haji yang sahabat jalani tetap sama, yang mencakup tahapan-tahapan utama dalam ibadah haji.

Namun, bila sahabat memilih metode Tamattu’ dalam berhaji, ada kewajiban untuk membayar dam sebagai bagian dari ketentuan ibadah ini.

Tata Cara Membayar Dam

Dalam ibadah Haji Tamattu, Allah SWT menetapkan kewajiban untuk membayar denda, yang dalam fikih dikenal dengan istilah dam atau hadyu. Dam sendiri berarti ‘darah’, dan dalam konteks ini, mengacu pada pembayaran denda dengan cara menyembelih seekor kambing sebagai bentuk pengganti atau kompensasi.

Sedangkan hadyu, adalah persembahan yang dikhususkan untuk Tanah Haram. Hewan yang bisa dijadikan kurban ini beragam, seperti unta, sapi, atau kambing, tergantung pada kemampuan jamaah.

Namun, penting untuk diketahui bahwa penyembelihan hewan untuk dam Haji Tamattu hanya sah jika dilakukan di Tanah Haram. Jika dilakukan di luar area tersebut, maka hukumnya tidak sah. Para ulama sendiri memiliki pandangan yang berbeda-beda mengenai waktu terbaik untuk penyembelihan dam ini, sehingga muncul variasi dalam pelaksanaannya sesuai dengan pemahaman masing-masing.

Baca Juga : Wajib Pahami! Syarat, Rukun, dan Kewajiban Haji dengan Mudah!

Waktu Membayar Dam

Terkait waktu pembayaran dam bagi sahabat yang menjalankan Haji Tamattu, ada perbedaan pandangan di kalangan ulama. Namun, menurut ulama Syafi’iyah, waktu terbaik untuk melakukan penyembelihan dam adalah pada hari nahar, yaitu tanggal 10 Dzulhijjah. Hal ini sesuai dengan praktek yang pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW serta untuk menghindari perbedaan pandangan dengan ulama dari kalangan Hanafiyah, Malikiyah, dan Hanabilah, seperti yang disebutkan dalam Al-Fiqhu al-Islami wa Adillatuh.

Bagi sahabat jamaah haji asal Indonesia, biasanya pembayaran dam akan dikoordinasikan oleh pihak Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) atau melalui warga Indonesia yang tinggal di Arab Saudi (muqimim), sehingga lebih mudah dan teratur. Sedangkan untuk sahabat yang menjadi petugas haji, pembayaran dam dikoordinasikan oleh sektor masing-masing demi memudahkan pelaksanaannya agar tetap berjalan optimal.

Gambar 3 : Program Keberangkatan Ventour Travel @ventour_travel

Bagi Sahabat yang menginginkan kenyamanan sahabat dalam menunaikan ibadah haji. Ventour Travel menghadirkan keberangkatan haji tanpa masa tunggu yang panjang, tersedia program Haji Khusus dengan masa tunggu relatif singkat, sekitar 5 hingga 9 tahun. Program ini dirancang agar sahabat dapat menjalani ibadah dengan lebih tenang dan nyaman.

Selain itu, Ventour Travel juga menyediakan layanan Haji Furoda yang memungkinkan sahabat untuk langsung berangkat tanpa antrean panjang. Program ini membantu sahabat melaksanakan ibadah dengan lebih cepat, sambil tetap mendapatkan bimbingan terbaik di setiap tahap perjalanan.

Sa’i: Syarat Dan Tata Caranya Yang Jemaah Umroh wajib tahu!

Sa’i adalah rukun penting dalam umrah dan haji, di mana sahabat berjalan dan berlari kecil antara Bukit Safa ke Marwah, bolak-balik sebanyak tujuh kali. Ada area khusus yang ditandai dengan pilar hijau yang bercahaya neon di mana jemaah pria disunatkan untuk berlari-lari kecil, sementara jemaah wanita berjalan dengan cepat.

Gambar 1 : Jamaah Ventour Travel yang Hendak Melakukan Ibadah Sa’i

Jarak perjalanan Sa’i satu kali jalan dari Bukit Safa ke Bukit Marwah adalah sekitar 405 meter. Jadi, jika dihitung bolak-balik selama tujuh kali, total perjalanan Sa’i mencapai 2.835 meter.

Agar pergerakan jemaah lebih tertib dan lancar, Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi telah menyediakan pedoman khusus dalam pelaksanaan Sa’i ini. Pedoman ini membantu sahabat dan jemaah lain untuk menjaga kedisiplinan dan kenyamanan bersama selama melaksanakan Sa’i di tempat suci ini.

Panduan Kementerian Haji dan Umroh Arab Saudi

Pedoman yang disusun oleh Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi yang disampaikan lewat laman media sosialnya X @MoHU_En, bertujuan untuk menumbuhkan rasa persatuan serta menjaga kelancaran dan harmoni bagi setiap jemaah selama menjalankan ritual Sa’i.

Gambar 2 : Ibadah ini Dimulai dari Safa Kemudian ke Marwah

Berikut adalah beberapa pedoman yang penting untuk dipahami dan diikuti oleh setiap sahabat.

1. Terus bergerak tanpa henti selama sa’i

Sahabat diimbau untuk terus bergerak tanpa jeda selama Sa’i berlangsung. Dengan begitu, sahabat menunjukkan dedikasi yang tulus dalam perjalanan ibadah ini sekaligus membantu mencegah kendala bagi jamaah lain di belakang.

2. Sesuaikan kecepatan dengan jamaah lain saat sa’i

Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi menyarankan agar sahabat menyesuaikan langkah dan kecepatan dengan sesama jemaah. Ini akan memudahkan sahabat dalam melaksanakan Sa’i secara kolektif, mencerminkan semangat kebersamaan yang menjadi inti dari ibadah ini, dan menghindari potensi kerumunan yang dapat mengganggu kenyamanan.

3. Bekerja sama dengan penyelanggara untuk menjaga kelancaran

Kementerian juga mengajak sahabat untuk berkolaborasi aktif dengan penyelenggara demi terciptanya pengalaman Sa’i yang tertib dan aman. Kerjasama ini meliputi mengikuti instruksi, menjaga jalur yang telah ditetapkan, dan menjaga suasana ketertiban. Dengan cara ini, setiap sahabat turut berperan dalam menjaga disiplin, ketenangan, serta keselamatan seluruh jemaah.

Baca Juga : Wajib Pahami! Aturan Umrah yang Sebaiknya Diketahui oleh Jemaah Perempuan!

Syarat Serta Tata Cara Melaksanakan Sa’i 

Supaya ibadah haji yang sahabat jalani benar-benar sah, penting juga bagi sahabat untuk memahami syarat dan tata cara dalam melakukan sa’i.

Syarat Melaksanakan Sa’i

Berdasarkan buku Tuntunan Manasik Haji dan Umrah yang diterbitkan oleh Kementerian Agama, terdapat beberapa syarat penting dalam pelaksanaan sa’i

  1. Diawali dengan melakukan thawaf di Ka’bah terlebih dahulu.
  2. Memulai sa’i dari bukit Shafa kemudian menuju bukit Marwah.
  3. Sa’i dilakukan sebanyak 7 kali.
  4. Sa’i dilakukan di tempat yang sudah disediakan.

Tata Cara Ibadah Sa’i

Berikut adalah tata cara melakukan ibadah sa’i

  1. Sa’i dimulai dari bukit Marwah, yakni dengan mendaki.
  2. Sa’i dilakukan sambil berdzikir dan juga berdoa.
  3. Saat sampai di atas bukit Shafa, kemudian menghadap kiblat lalu berdzikir serta berdoa.
  4. Sa’i dilakukan dengan berjalan kaki, namun jika tidak mampu karena udzur bisa menggunakan kursi roda atau skuter matik yang tersedia.
  5. Saat melakukan Sa’i disunnahkan suci dari hadats.
  6. Sa’i dilakukan sebanyak tujuh kali putaran, namun boleh diselingi dengan ibadah shalat sunnah.
  7. Perjalanan dari Shafa ke Marwa dihitung satu putaran, dan perjalanan dari Marwah ke Shafa dihitung juga satu putaran.
  8. Membaca dzikir dan doa sepanjang melaksanakan ibadah sa’i dan jangan lupa berhenti di atas bukit Shafa dan Marwah untuk berdoa dengan menghadap kiblat.

Semoga penjelasan mengenai sa’i ini dapat membantu sahabat lebih siap dan mantap dalam menjalankan setiap tahapan ibadah umroh maupun haji dengan baik dan penuh keikhlasan.

Proses Murur Haji Serta Manfaat Pelaksanaannya!

Murur haji secara bahasa berarti ‘melintas’, dan istilah ini menggambarkan skema haji yang memungkinkan jemaah hanya melintasi Muzdalifah tanpa bermalam.

Gambar 1 : Jamaah Haji akan Dibawa Menggunakan Bus ( Sumber : Okezone Haji )

Nantinya sahabat yang mengikuti skema ini akan diangkut menggunakan bus secara taraddudi, atau bolak-balik, pada malam tanggal 10 Zulhijjah. Setelah selesai melaksanakan wukuf di Arafah menjelang malam, jemaah akan langsung dibawa menuju Mina. Sahabat bisa membaca niat mabit dari dalam bus saat berada di area Muzdalifah.

Skema murur haji ini sudah dibahas secara mendalam dalam berbagai kitab ulama fiqih. Jika sahabat ingin mengetahui lebih lanjut tentang hukum dan tata cara pelaksanaannya, yuk simak ulasannya berikut ini.

Skema dan Cara Pelaksanaannya

Dalam syariat Islam, murur haji merupakan praktik yang diperbolehkan dengan tujuan utama menjaga keamanan dan keselamatan jemaah selama menjalankan ibadah di Tanah Suci.

Menurut informasi dari laman Kemenag, murur dilakukan dengan cara melintasi area tertentu setelah jemaah menyelesaikan wukuf di Arafah. Nantinya, sahabat akan dibawa dengan bus melalui Muzdalifah untuk menuju Mina.

Gambar 2 : Murur Haji Dilakukan Setelah Menyelesaikan wukuf di Arafah

Selama perjalanan ini, jemaah dibimbing untuk membaca niat mabit yang dapat diucapkan secara lisan atau di dalam hati.

أبيت هذه الليلة بالمشعر الحرام للحج قربة الى الله تعالى

Artinya: “Saya niat mabit pada malam hari ini di Masyarakat Haram untuk berhaji mendekatkan diri kepada Allah SWT.”

Skema murur memiliki perbedaannya tersendiri, sahabat. Dalam skema ini, jemaah tidak perlu berhenti atau bermalam di Muzdalifah seperti biasanya. Cukup dengan melafalkan niat mabit saat kendaraan melintasi kawasan tersebut, jemaah sudah memenuhi syarat.

Hal ini dikarenakan area Muzdalifah sering kali sangat padat oleh ribuan jemaah lainnya. Kendaraan pun biasanya melaju perlahan, bahkan kadang berhenti karena lalu lintas yang penuh. Jadi, meskipun tidak bermalam, jemaah tetap seolah berdiam sejenak di area Muzdalifah.

Baca Juga : Wajib Pahami! Syarat, Rukun, dan Kewajiban Haji dengan Mudah!

Dampak Positif Murur Haji bagi Kesehatan Jemaah

Dilansir dari Kemkes.go.id, mengungkapkan bahwa skema murur membawa dampak positif bagi kesehatan jemaah haji. Skema ini merupakan terobosan dari Kementerian Agama yang sudah mendapat dukungan dari para ulama. Dari segi kesehatan, murur membantu mengurangi kelelahan jemaah, yang tahun-tahun sebelumnya sering berujung pada kelebihan kapasitas di fasilitas perawatan.

Gambar 3 : Murur Haji Juga Memudahkan Jamaah Haji Terutama Jamaah Risti ( Sumber : Okezone Haji )

Contohnya, pada puncak haji 2023, banyak jemaah kelelahan dan harus dirawat di luar ruang perawatan. Namun, dengan adanya skema murur pada tahun ini, seluruh jemaah bisa masuk ke ruang perawatan dengan cukup tempat tidur yang tersedia. Pemerintah Arab Saudi juga melaporkan bahwa sebagian besar jemaah yang dirujuk ke rumah sakit bisa dikembalikan ke hotel untuk istirahat. Skema ini memungkinkan jemaah menghemat waktu bermalam di Muzdalifah, sehingga mereka bisa lebih banyak beristirahat di Mina dan terjaga kesehatannya.

Panduan Badal Haji: Dalil, Hukum, dan Syarat Penting!

Badal Haji adalah ibadah haji yang dilakukan seseorang untuk menggantikan orang lain, biasanya karena alasan tertentu yang diperbolehkan dalam agama Islam. Salah satu alasan yang sering kita temui adalah ketika seseorang sudah meninggal dunia sebelum sempat menunaikan ibadah haji. Dalam kondisi ini, haji tersebut bisa dilaksanakan oleh orang lain untuk menggantikan niat mulia almarhum.

Gambar 1 : Badal Haji adalah Ibadah Haji untuk Menggantikan Orang Lain Karena Alasan Tertentu

Contoh yang cukup umum adalah ketika seorang anak memiliki kesempatan untuk berangkat ke Tanah Suci dan memutuskan untuk melaksanakan ibadah haji atas nama orang tua yang belum pernah berhaji. Ini adalah salah satu bentuk bakti yang luar biasa, di mana anak bisa membantu mewujudkan impian orang tuanya yang belum sempat terlaksana.

Penjelasan Tentang Badal Haji

Haji adalah rukun Islam yang kelima, dan bagi umat Islam yang sudah mampu, melaksanakan ibadah ini menjadi sebuah kewajiban.

Jika seseorang yang sudah menabung dan mendaftar untuk haji meninggal dunia sebelum sempat berangkat, ada solusi yang dikenal sebagai badal haji. Badal haji adalah ibadah haji yang dilakukan oleh seseorang atas nama orang yang telah meninggal dunia dan belum sempat menunaikan haji.

Dengan demikian, keluarga atau ahli waris, seperti anak, dapat menggantikan slot haji orang yang sudah wafat, sehingga pahalanya tetap sampai kepada almarhum.

Menurut Dalil dan Hukumnya

Sahabat, tahukah bahwa mayoritas ulama dari empat mazhab sepakat bahwa badal haji, atau menggantikan seseorang untuk menunaikan haji, diperbolehkan dan sah. Jika seseorang yang telah memenuhi syarat wajib haji semasa hidupnya tidak sempat melaksanakannya karena alasan tertentu, maka ahli warisnya boleh menunaikan haji atas namanya.

Gambar 2 : Empat Mazhab Sepakat Bahwa Badal Haji Diperbolehkan Dan Sah

Hal ini pun diperkuat dalam hadis yang mendasarinya, sehingga menjadi pegangan bagi banyak umat Muslim dalam menjalankan ibadah badal haji.

Wahai Rasulullah, ayahku telah wajib haji tetapi dia sudah tua renta dan tidak mampu lagi duduk di atas kendaraan. Rasulullah kemudian menjawab, “Kalau begitu lakukanlah haji untuk dia” (HR. Bukhari dan HR. Muslim)

Namun penting untuk diketahui bahwa ada sedikit perbedaan pandangan di kalangan mazhab mengenai pelaksanaan badal haji. Dalam Mazhab Maliki, seseorang hanya bisa dihajikan jika sebelum meninggal ia meninggalkan wasiat kepada keluarganya untuk melaksanakan haji atas namanya. Namun, mayoritas mazhab lainnya tidak menetapkan syarat wasiat ini.

Selain bagi mereka yang telah meninggal, badal haji juga diperbolehkan bagi orang yang menderita sakit permanen tanpa harapan sembuh atau orang lanjut usia yang sudah tidak mampu menunaikan haji secara fisik. Tetapi perlu diingat, badal haji tidak sah dilakukan untuk sahabat yang masih sehat dan mampu melaksanakan haji sendiri. Jadi, pastikan sahabat hanya memanfaatkannya dalam kondisi yang memang sesuai syariat.

Syarat Badal haji

Selain pertimbangan apakah seseorang sudah melaksanakan badal haji atau belum, ada beberapa syarat lain yang perlu dipenuhi.

1. Mampu Secara Fisik dan Harta

Salah satu hal penting yang perlu dipahami sahabat ketika ingin melaksanakan ibadah haji adalah kesiapan fisik dan finansial. Artinya, sahabat harus dalam kondisi sehat dan mampu menjalani semua rangkaian ibadah haji dengan baik. Selain itu, kemampuan secara finansial juga menjadi syarat penting.

Jika sahabat belum memenuhi salah satu dari kedua hal tersebut, maka ibadah haji belum menjadi kewajiban untuk dilakukan.

Baca Juga : Wajib Tahu! Penjelasan Lengkap Perbedaan Haji Dan Umroh!

2. Melakukan Badal Haji Hanya untuk 1 Orang dalam Satu Waktu

Penting untuk diketahui bahwa setiap jemaah hanya diperbolehkan melakukan ibadah ini untuk satu orang dalam satu waktu. Ini berarti, sahabat tidak dapat niat untuk menggantikan haji untuk lebih dari satu orang sekaligus. Jadi, jika sahabat berniat untuk mewakili kedua orang tua dalam menjalankan haji, perlu diingat bahwa itu harus dilakukan pada periode haji yang terpisah.

3. Jamaah adalah Bagian dari Keluarga

Jika sahabat ingin melakukan badal haji, ada baiknya jika yang melakukannya adalah anggota keluarga terdekat, seperti anak atau saudara. Ini karena ikatan darah dan rasa tanggung jawab yang lebih mendalam dalam menjalankan ibadah ini.

Namun, apabila tidak memungkinkan, orang lain diizinkan untuk melakukan badal haji untuknya.

4. Dianjurkan untuk memiliki pemahaman yang mendalam tentang agama

Jamaah yang diizinkan untuk melaksanakan badal haji adalah mereka yang memiliki pemahaman yang baik mengenai ilmu agama, terutama dalam hal ibadah haji atau umrah. Dengan demikian, jamaah tersebut dapat menjalankan badal haji dengan tepat dan lancar.

5. Mematuhi Pedoman Hukum dan Nilai-Nilai Syariat Islam

Ketika seseorang melaksanakan badal haji, sangat penting untuk mematuhi segala ketentuan hukum dan syariat Islam yang berlaku. Ini berarti sahabat perlu mengikuti semua peraturan yang telah ditetapkan oleh otoritas berwenang di Tanah Suci. Selain itu, menghormati tradisi dan tata cara ibadah yang sudah ada dalam agama Islam juga merupakan hal yang tak kalah penting.

Dengan begitu, pelaksanaan ibadah haji tidak hanya akan memenuhi kewajiban, tetapi juga menunjukkan penghormatan kita terhadap nilai-nilai spiritual yang telah diajarkan.

Wajib Tahu! Penjelasan Lengkap Perbedaan Haji Dan Umroh!

Haji dan umroh adalah dua ibadah penting dalam Islam yang sering dianggap tidak memiliki perbedaan oleh banyak orang, karena keduanya melibatkan perjalanan ke Mekkah dan ritual-ritual tertentu.

Namun, sahabat perlu tahu bahwa meskipun ada persamaan, keduanya memiliki perbedaan mendasar. Perbedaan utama antara haji dan umroh terletak pada waktu pelaksanaannya, status hukumnya, dan tata cara ritualnya.

Gambar 1 : Potret Jamaah Ventour Travel Ketika Melaksanakan Umroh di Tanah Suci

Haji merupakan rukun Islam kelima yang wajib dilaksanakan bagi setiap Muslim yang mampu, dan dilakukan pada waktu tertentu, yaitu saat musim haji. Secara istilah, haji berarti menuju Ka’bah untuk melaksanakan serangkaian ibadah yang telah ditetapkan. Di sisi lain, umroh bisa dilakukan kapan saja sepanjang tahun dan secara istilah artinya adalah ziarah ke Ka’bah dengan tujuan ibadah tertentu.

Perbedaan Haji Dan Umroh Menurut Hukum, Rukun, Waktu Pelaksanaan Serta Kewajiban

1. Hukum

Menurut hukum, haji adalah ibadah yang wajib bagi umat Islam dan merupakan rukun Islam yang kelima. Namun, kewajiban ini hanya berlaku bagi mereka yang benar-benar mampu, bukan hanya dari segi finansial, tetapi juga fisik dan mental. Kesiapan ini penting, karena haji memerlukan waktu dan tenaga yang lebih banyak dibandingkan umroh. Jika sahabat mampu secara fisik dan mental, tentu sahabat akan lebih fokus dan tenang dalam menjalankannya.

Sedangkan umroh, hukumnya sunnah muakkad, yang artinya sangat dianjurkan untuk dilakukan, namun tidak berdosa jika tidak melaksanakannya.

2. Rukun

Perbedaan antara haji dan umroh terletak pada rukun yang harus sahabat penuhi selama menjalankan ibadah. Rukun haji meliputi beberapa hal yang sangat penting, seperti niat ihram, wukuf di Arafah, tawaf, sai, dan memotong rambut. Wukuf di Arafah merupakan salah satu rukun utama dalam haji yang tidak boleh dilewatkan.

Gambar 2 : Perbedaan Umroh dan Haji Juga Terletak Pada Rukunnya

Sedangkan dalam umroh, rukun yang harus sahabat jalankan hampir sama dengan haji, hanya saja tanpa wukuf di Arafah. Jadi, sahabat hanya perlu niat ihram, kemudian melakukan tawaf mengelilingi Ka’bah, sai antara Safa dan Marwah, serta memotong rambut. Meskipun terlihat sederhana, kedua ibadah ini memiliki keutamaan masing-masing yang membawa pahala besar bagi yang melaksanakannya.

3. Waktu Pelaksanaan

Perlu diketahui bahwa pelaksanaan haji dan umroh memiliki perbedaan dari segi waktu. Haji hanya bisa dilakukan dalam waktu yang lebih terbatas, yaitu dimulai sejak awal bulan Syawal hingga subuh pada Hari Raya Idul Adha, tepatnya pada tanggal 10 Dzulhijjah. Jadi, rentang waktu untuk melaksanakan haji memang sempit.

Berbeda dengan haji, umroh bisa sahabat lakukan kapan saja sepanjang tahun, tanpa batasan waktu tertentu. Namun, ada pengecualian untuk tanggal 10 Dzulhijjah dan hari-hari Tasyrik, yaitu tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah, di mana umroh tidak dianjurkan dilakukan pada hari-hari tersebut.

4. Kewajiban

Dalam pelaksanaan haji dan umroh, ada beberapa kewajiban yang harus dipenuhi. Meskipun jika kewajiban ini tidak dilaksanakan, ibadah haji atau umroh sahabat tetap sah, namun sahabat harus membayar dam (denda) sebagai gantinya.

Untuk kewajiban haji, ada lima hal yang perlu dilakukan: niat ihram dari miqat (batas yang ditentukan sesuai lokasi keberangkatan), menginap di Muzdalifah, menginap di Mina, melakukan tawaf wada (perpisahan), dan melempar jumrah. Sedangkan dalam umroh, kewajiban yang harus sahabat penuhi ada dua, yaitu niat ihram dari miqat dan menjauhi hal-hal yang dilarang selama ihram.

Baca Juga : Kabar Baik! Saudi Akan Hadirkan Layanan Penyimpanan Barang di Dua Masjid Suci

Memahami Makna Mendalam Dan Keutamaan Ibadah Di Tanah Suci

Haji memiliki makna yang begitu dalam dalam Islam. Bukan hanya sebagai salah satu dari rukun Islam, tetapi juga menjadi lambang persatuan bagi umat Muslim dari seluruh penjuru dunia yang berkumpul di satu tempat untuk beribadah kepada Allah. Haji sering dianggap sebagai puncak dari ibadah seorang Muslim, di mana setiap jamaah diharapkan pulang dalam keadaan suci dan bersih dari dosa setelah melaksanakannya.

Gambar 3 : Perbedaan Umroh dan Haji Juga Terdapat Pada Makna dan Keutamaannya

Meskipun umroh tidak wajib seperti haji, tetap memiliki nilai spiritual yang tinggi. Sahabat yang melaksanakan umroh mendapatkan kesempatan untuk memperbaiki diri, memperkuat iman, dan merasakan kedekatan dengan Allah. Umroh sering kali dilakukan sebagai bentuk rasa syukur atau untuk memohon sesuatu kepada Allah.

Kedua ibadah ini memiliki makna dan signifikansi yang mendalam dalam Islam, memberikan kesempatan bagi setiap Muslim untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah dan meningkatkan kualitas spiritual mereka. Dengan memahami perbedaan antara haji dan umroh, sahabat dapat mempersiapkan diri dengan lebih baik dan melaksanakan ibadah ini dengan kesadaran serta keikhlasan penuh.

Rahasia Nutrisi Seimbang! Tetap Bugar Saat Umroh Dan Haji di Tanah Suci!

Nutrisi memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga energi selama melangsungkan ibadah haji maupun umrah di Tanah Suci. Perbedaan cuaca dan suhu di Tanah Suci membuat tubuh kita bekerja lebih keras untuk beradaptasi. Untuk mendukung hal ini, asupan makanan bergizi sangat diperlukan agar sistem kekebalan tubuh tetap kuat. Dengan terpenuhinya kebutuhan gizi harian, risiko serangan penyakit pun bisa diminimalisir.

Gambar 1 : Jamaah Umroh dan Haji Harus Menjaga Kondisi Tubuh Agar Tetap Bugar

Bayangkan jika tubuh tidak mendapatkan nutrisi yang cukup, sementara sahabat harus menjalankan rangkaian ibadah haji atau umrah yang menuntut fisik prima. Tubuh yang sehat dan bugar adalah kunci agar ibadah ini dapat dilaksanakan dengan maksimal.

Mobilitas kita selama berada di Tanah Suci juga lebih tinggi. Terkadang, kekurangan nutrisi tertentu dapat memicu masalah kesehatan, seperti dehidrasi dan kelelahan yang berlebihan. Agar ibadah sahabat berjalan lancar dan penuh berkah, yuk, simak tips menjaga asupan nutrisi berikut ini!

Pilihan Nutrisi Tepat untuk Menjaga Energi dan Kekuatan Selama di Tanah Suci

Karbohidrat adalah sumber energi utama yang dibutuhkan tubuh saat menjalankan ibadah haji. Sahabat, sebaiknya pilihlah makanan yang mengandung karbohidrat kompleks agar perut tetap kenyang lebih lama dan stamina tetap terjaga.

Gambar 2 : Menjaga Nutrisi Dalam Tubuh Sangat Penting Agar Tetap Optimal di Tanah Suci

Mengapa karbohidrat kompleks lebih baik? Karena selain memberi energi yang lebih stabil, karbohidrat kompleks juga kaya akan vitamin, mineral, dan serat yang penting untuk kesehatan. Sahabat bisa mendapatkannya dari sayuran, buah-buahan, kacang-kacangan, dan pasta. Berbeda dengan karbohidrat sederhana, yang cenderung membuat kita cepat lapar setelah mengonsumsinya.

Selain karbohidrat kompleks, protein juga penting sebagai sumber energi dan pendukung kekuatan otot. Protein berperan dalam membangun dan memperbaiki jaringan tubuh, yang sangat dibutuhkan selama ibadah haji. Sahabat bisa memenuhi kebutuhan protein dengan mengonsumsi telur, almond, dada ayam, greek yogurt, susu, brokoli, atau tuna. Dengan asupan protein yang cukup, tubuh sahabat akan tetap kuat dan siap menjalani aktivitas ibadah dengan maksimal.

Menjaga Kesehatan Pencernaan Serta Cegah Dehidrasi Selama Umroh dan haji

Masalah gangguan pencernaan sering dialami oleh jemaah haji saat berada di Tanah Suci. Agar sistem pencernaan sahabat tetap lancar, jangan lupa untuk rutin mengonsumsi serat. Serat ini bisa sahabat temukan dalam makanan seperti kacang almond, kacang kedelai, kacang kenari, serta aneka sayuran dan buah-buahan.

Gambar 3 : Jamaah Disarankan Meminum Air Mineral yang Cukup Untuk Cegah Dehidrasi

Mengapa serat penting? Karena serat mendukung pertumbuhan bakteri baik di dalam perut yang berperan besar dalam melawan peradangan pada sistem pencernaan sahabat.

Selain serat, jangan lupakan air mineral, ya! Air mineral merupakan komponen vital dalam darah, membantu membawa nutrisi ke dalam sel-sel tubuh, sekaligus membuang sisa metabolisme yang tidak diperlukan.

Baca Juga : Terbaru! Program Kolaborasi Ventour Travel & Saudi Tourism Authority!

Kurangnya asupan cairan bisa membuat tubuh lebih cepat lelah. Oleh karena itu, sangat penting bagi sahabat untuk mencukupi kebutuhan cairan dengan minum setidaknya 2 liter atau 8 gelas air putih setiap hari. Dengan menjaga kecukupan cairan, sahabat bisa terhindar dari dehidrasi dan tetap segar menjalani rangkaian ibadah haji.

Menjaga Nutrisi dan Daya Tahan Tubuh Saat di Tanah Suci

Untuk menjaga kecukupan nutrisi dan meningkatkan energi, penting bagi sahabat untuk mengatur porsi makan dengan bijak. Jika biasanya terbiasa dengan tiga porsi besar setiap hari, cobalah membaginya menjadi porsi yang lebih kecil namun tetap teratur.

Gambar 4 : Meminum Vitamin Untuk Menjaga Nutrisi Dalam Tubuh di Tanah Suci

Dengan pola makan seperti ini, sahabat bisa menghindari rasa cepat lelah dan memastikan asupan nutrisi ke tubuh tetap stabil sepanjang hari. Selama menjalankan rangkaian ibadah, tubuh memerlukan nutrisi penting seperti vitamin dan mineral untuk menjaga daya tahan. Agar tubuh tetap fit, sahabat bisa melengkapi asupan nutrisi dengan mengonsumsi suplemen daya tahan tubuh yang mengandung vitamin C, vitamin D, dan zinc dalam bentuk effervescent (tablet larut air).

Suplemen ini tidak hanya membantu meningkatkan daya tahan tubuh, tapi juga secara bersamaan menambah asupan cairan sehingga sahabat bisa terhindar dari risiko dehidrasi selama beribadah.

Sudah Tahu? Ini Daftar 11 Penyakit yang Bikin Gagal Istitha’ah Saat Haji!

Saat menjalankan ibadah haji, sahabat, kemampuan fisik dan kesehatan (istithaah) menjadi hal yang sangat penting. Baik Pemerintah Arab Saudi maupun Indonesia telah menetapkan bahwa istithaah kesehatan adalah syarat wajib bagi jemaah yang akan menunaikan haji.

Gambar 1 : Istitha’ah Menjadi Hal Penting Bagi Jamaah Saat ingin Melaksanakan Ibadah Haji ( Sumber : Detik.com )

Istithaah kesehatan haji ini merujuk pada kemampuan fisik dan mental seseorang untuk melaksanakan ibadah haji tanpa membahayakan diri sendiri atau orang lain. Artinya, sahabat harus memiliki kondisi kesehatan yang baik dan mampu menjalani berbagai aktivitas fisik yang cukup menantang selama haji.

Mengapa ini penting? Ibadah haji melibatkan banyak kegiatan fisik seperti berjalan jauh, berdiri dalam waktu lama, serta berdesakan dengan jutaan jemaah lainnya. Kondisi kesehatan yang prima sangat diperlukan agar sahabat bisa menjalankan ibadah ini dengan aman dan terhindar dari risiko kesehatan serius. Ketentuan ini diatur dalam Keputusan Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Nomor 83 Tahun 2024, yang juga mengatur teknis pelaksanaan pembayaran pelunasan Bipih Reguler Tahun 1445 Hijriah/2024 Masehi.

Syarat Istitha’ah untuk Menunaikan Ibadah Haji yang Lancar

Beberapa syarat kesehatan yang perlu sahabat penuhi agar dianggap memenuhi istitha’ah haji antara lain:

  1. Bebas dari penyakit menular atau kronis
    Sahabat tidak boleh menderita penyakit yang bisa membahayakan diri sendiri maupun orang lain, seperti penyakit menular atau kondisi kronis yang tidak terkendali.
  2. Kondisi fisik yang kuat
    Ibadah haji memerlukan stamina dan daya tahan tubuh yang baik. Sahabat perlu memiliki fisik yang prima untuk bisa menjalani seluruh rangkaian ibadah dengan lancar.
  3. Mampu mengelola penyakit dengan baik
    Jika sahabat memiliki kondisi kesehatan tertentu, pastikan penyakit tersebut dapat dikelola dengan baik sehingga tidak mengganggu pelaksanaan ibadah haji.

Baca Juga : Waspada Penipuan! Kemenag Tak Pernah Adakan Undian Umrah Gratis

11 Penyakit yang Membatasi Istitha’ah Kesehatan Ibadah

Terdapat beberapa kondisi kesehatan yang membuat seseorang dianggap belum memenuhi syarat istitha’ah untuk melaksanakan ibadah haji.

Gambar 2 : Ada Beberapa Kondisi Penyakit yang Membatasi Istitha’ah

Berikut ini adalah 11 penyakit yang perlu sahabat perhatikan:

  1. Penyakit Jantung Koroner
    Penyakit jantung koroner terjadi ketika pembuluh darah di jantung mengalami penyempitan atau penyumbatan, sehingga aliran darah ke jantung menjadi terhambat. Kondisi ini bisa memicu serangan jantung mendadak yang sangat berisiko, terutama saat menjalani ibadah haji yang membutuhkan aktivitas fisik cukup berat.
  2. Hipertensi Tidak Terkontrol
    Hipertensi atau tekanan darah tinggi yang tidak terkendali dapat meningkatkan risiko serangan jantung atau stroke. Dengan banyaknya aktivitas fisik dan potensi stres selama haji, penting bagi sahabat memastikan tekanan darah sahabat dalam kondisi terkendali sebelum berangkat.
  3. Diabetes Mellitus Tidak Terkontrol
    Diabetes yang tidak terkontrol dapat menyebabkan komplikasi serius seperti infeksi, masalah ginjal, dan gangguan penglihatan. Pengelolaan diabetes yang kurang baik bisa membuat ibadah haji menjadi tidak lancar dan berpotensi menimbulkan masalah kesehatan lainnya.
  4. Penyakit Paru Kronis (COPD)
    COPD, atau penyakit paru obstruktif kronis, membuat sahabat kesulitan bernapas karena adanya penyempitan saluran udara. Aktivitas fisik yang intens selama haji dapat memperburuk gejala, sehingga penting untuk mempertimbangkan kondisi ini dengan serius.
  5. Gagal Ginjal
    Gagal ginjal adalah kondisi di mana ginjal tidak lagi berfungsi dengan baik untuk membuang zat-zat sisa tubuh. Sahabat yang membutuhkan perawatan seperti dialisis mungkin akan mengalami kesulitan selama haji karena perawatan ini sulit dilakukan di sana.
  6. Gangguan Mental Berat
    Gangguan mental seperti skizofrenia atau gangguan bipolar yang tidak terkontrol bisa mengganggu sahabat dalam menjalankan ibadah haji dengan baik. Kondisi ini bisa memicu perilaku yang tidak terduga dan berisiko, baik untuk sahabat maupun jamaah lainnya.
  7. Penyakit Menular Aktif
    Penyakit menular seperti tuberkulosis atau hepatitis B dan C yang belum ditangani dengan baik dapat menyebar ke jamaah haji lain. Oleh karena itu, penderita penyakit menular aktif disarankan untuk menunda keberangkatan hingga kondisi kesehatannya lebih baik.
  8. Kanker Stadium Lanjut
    Pasien dengan kanker stadium lanjut biasanya memiliki kondisi fisik yang sangat lemah dan memerlukan perawatan intensif. Perjalanan jauh serta aktivitas fisik yang berat selama haji bisa memperburuk kondisi ini, sehingga perlu pertimbangan lebih lanjut.
  9. Penyakit Autoimun Tidak Terkontrol
    Penyakit autoimun seperti lupus atau rheumatoid arthritis yang tidak terkelola dengan baik dapat menyebabkan komplikasi serius. Sahabat perlu penanganan medis yang intensif untuk memastikan kesehatan tetap terjaga selama ibadah haji.
  10. Stroke
    Sahabat yang baru saja mengalami stroke mungkin masih dalam tahap pemulihan dan memerlukan perawatan yang intensif. Risiko stroke berulang juga cukup tinggi, sehingga mereka yang baru pulih dari stroke dianggap belum memenuhi syarat kesehatan untuk berangkat haji.
  11. Epilepsi Tidak Terkontrol
    Epilepsi yang tidak terkontrol dengan baik bisa menyebabkan kejang tiba-tiba, yang tentu sangat berbahaya, terutama di tengah keramaian jamaah. Pengelolaan yang tepat sangat diperlukan untuk memastikan kondisi sahabat tetap aman selama melaksanakan ibadah haji.

Semoga penjelasan ini membantu sahabat dalam memahami lebih baik tentang kondisi-kondisi kesehatan yang perlu diperhatikan sebelum menunaikan ibadah haji!

Jetlag Setelah Penerbangan Haji Atau Umrah? Ini Tips Ampuh untuk Mengatasinya!

Perjalanan jauh menuju Tanah Suci sering kali membuat sahabat merasa jet lag, yang bisa mempengaruhi kenyamanan dan konsentrasi dalam beribadah. Rasa lelah, kantuk, dan tubuh yang kurang fit tentu dapat mengganggu fokus sahabat dalam menjalankan ibadah haji atau umrah.

Gambar 1 : Jet Lag Biasanya Mengalami Sulit Tidur dan Merasa Kelelahan

Jet lag adalah kondisi fisik dan mental yang muncul akibat perbedaan zona waktu yang signifikan, seperti saat sahabat terbang lintas benua. Gejala umumnya meliputi sulit tidur, kelelahan, gangguan pencernaan, dan kesulitan berkonsentrasi. Para jamaah haji, terutama yang berasal dari Indonesia, sering kali rentan mengalami jet lag karena perjalanan jauh menuju Arab Saudi, yang memiliki perbedaan waktu cukup besar.

Hal ini terjadi karena sahabat harus menyesuaikan diri dengan perbedaan zona waktu sekitar tujuh hingga delapan jam, ditambah dengan panjangnya durasi perjalanan udara yang melelahkan. Apalagi, ibadah haji memerlukan kondisi fisik dan mental yang prima agar sahabat bisa menjalankannya dengan maksimal.

Tips Jitu Atasi Jet Lag untuk Jamaah Agar Tetap Segar Selama Perjalanan Ibadah

Mengatasi jet lag memang sering menjadi tantangan bagi para jamaah haji, terutama ketika harus melakukan perjalanan panjang dan melintasi zona waktu yang berbeda. Kondisi ini bisa memengaruhi kebugaran dan kenyamanan sahabat selama ibadah, baik di pesawat maupun setelah tiba di Tanah Suci.

Gambar 2 : Jet Lag dapat Diatasi Dengan Beberapa Langkah yang dapat Dilakukan

Namun, jangan khawatir! Ada beberapa langkah yang bisa sahabat lakukan untuk meminimalkan efek jet lag dan menjaga stamina agar tetap prima selama perjalanan ibadah yang penting ini.

Berikut ini beberapa tips yang bisa sahabat terapkan untuk mengurangi gejala jet lag dan memastikan sahabat bisa menjalankan ibadah dengan lebih tenang dan nyaman.

  1. Perhatikan Asupan Makanan dan Minuman
    Selama di pesawat, hindari makanan berat dan berlemak, ya. Pilihlah makanan ringan yang mudah dicerna, serta perbanyak konsumsi buah-buahan dan sayuran. Minuman berkafein juga sebaiknya dihindari, karena bisa memperburuk jet lag.
  2. Perbanyak Minum Air Putih
    Tetap terhidrasi sangat penting, sahabat! Pastikan sahabat banyak minum air putih, baik di pesawat maupun setelah tiba di Arab Saudi. Kekurangan cairan bisa memperparah jet lag, jadi selalu bawa air minum dan minum secara teratur.
  3. Sesuaikan Diri dengan Jadwal Baru
    Cobalah mulai menyesuaikan waktu tidur dan bangun sahabat dengan waktu di Arab Saudi sejak di pesawat. Dengan begitu, tubuh akan lebih cepat beradaptasi saat tiba di sana.
  4. Lakukan Relaksasi dan Meditasi untuk Tidur Nyaman
    Sahabat bisa mencoba teknik relaksasi atau meditasi agar lebih mudah tidur selama perjalanan. Teknik pernapasan yang dalam atau mendengarkan lantunan murattal Al-Qur’an bisa membantu tubuh rileks dan siap untuk beristirahat.
  5. Gunakan Suplemen atau Obat dengan Bijak
    Jika sahabat mempertimbangkan suplemen seperti melatonin atau obat ringan untuk membantu tidur, pastikan sahabat berkonsultasi dulu dengan dokter. Ini bisa membantu sahabat mengatasi jet lag dengan lebih nyaman.

Tips Menjaga Kondisi Tubuh Selama Perjalanan Ibadah ke Tanah Suci

Agar sahabat dapat tetap bugar dan fokus saat tiba di Arab Saudi, ada beberapa tips sederhana yang bisa sahabat lakukan untuk meminimalisir efek jet lag.

Baca Juga : Melanggar Larangan Ihram? Ini Dam yang Harus Jamaah Dihadapi!

Gambar 3 : Potret Jamaah Ventour Travel Saat Berada di Pesawat

Guna mengurangi efek jet lag saat tiba di Tanah Suci maupun selama perjalanan, ada beberapa hal yang bisa sahabat lakukan.

  1. Siapkan Fisik dan Mental Sebelum Keberangkatan

Pastikan sahabat menjaga kondisi fisik dan mental sebelum memulai perjalanan. Persiapkan diri sebaik mungkin agar tubuh siap menghadapi perjalanan jauh dan perubahan zona waktu yang signifikan.

  1. Jaga Pola Tidur dan Istirahat yang Cukup

Jaga pola tidur dan pastikan sahabat mendapatkan istirahat yang cukup sebelum keberangkatan. Kurangnya istirahat bisa membuat tubuh lebih rentan terkena jet lag saat tiba di Arab Saudi.

  1. Konsultasi dengan Ahli Kesehatan Sebelum Perjalanan

Sebelum berangkat, konsultasikan rencana perjalanan dan kondisi kesehatan sahabat dengan dokter. Mereka bisa memberikan saran dan tips yang sesuai untuk membantu sahabat mengurangi risiko jet lag.

Mengatasi jet lag bagi calon jamaah haji membutuhkan perencanaan dan persiapan yang matang. Dengan memperhatikan asupan makanan dan minuman, beradaptasi dengan jadwal baru, serta mempersiapkan fisik dan mental sebelum perjalanan, diharapkan sahabat dapat mengurangi efek jet lag dan melaksanakan ibadah haji dengan kondisi terbaik.

Penting untuk diingat, setiap orang mungkin merespons jet lag dengan cara yang berbeda, jadi temukan cara yang paling efektif bagi sahabat dalam menghadapinya.

Melanggar Larangan Ihram? Ini Dam yang Harus Jamaah Dihadapi!

Salah satu hal penting yang perlu dipersiapkan oleh sahabat yang akan menunaikan ibadah umroh dan haji adalah dam. Apa sih sebenarnya dam itu? Dalam bahasa Arab, dam berarti darah. Sejarahnya, dam adalah proses mengalirkan darah dari hewan yang disembelih, lalu dagingnya dibagikan kepada fakir miskin.

Gambar 1 : Jamaah Haji atau Umroh yang Melanggar Wajib Membayar Denda

Nah, dalam konteks ibadah umroh, dam adalah denda atau kompensasi yang perlu dibayar oleh sahabat jika tidak melaksanakan kewajiban umroh atau melakukan pelanggaran selama menjalankan ibadah. Besarannya pun berbeda-beda, tergantung jenis pelanggaran yang dilakukan.

Dam ini bisa dibayar dengan uang atau melakukan tindakan tertentu sesuai dengan kesalahan yang terjadi. Contohnya, jika sahabat mengambil batu dari Masjidil Haram untuk oleh-oleh, dam yang perlu dibayar adalah mengganti batu serupa dan mengembalikannya ke tempat semula. Selain itu, dam juga bisa dibayarkan dengan menyembelih hewan kurban yang kemudian dagingnya dibagikan kepada fakir miskin di tanah suci.

Bayar Dam Sebagai Kewajiban Jamaah atas Kesalahan dan Pelanggaran

Bayar dam saat umroh adalah bagian dari tanggung jawab yang sahabat perlu tunaikan jika terjadi kesalahan atau pelanggaran selama menjalankan ibadah di Tanah Suci. Setiap jamaah, termasuk sahabat, diharapkan mematuhi aturan dan tata cara yang berlaku selama umroh.

Jika aturan tersebut dilanggar, maka sahabat harus membayar dam sebagai bentuk kompensasi atas pelanggaran tersebut. Selain itu, bayar dam juga membantu sahabat memperbaiki kesalahan dan menyelesaikan kewajiban yang belum terpenuhi. Beberapa hal yang mewajibkan sahabat membayar dam di antaranya adalah:

  • Sengaja meninggalkan hal-hal yang sudah diperintahkan.
  • Melakukan hal-hal yang dilarang dalam ihram.
  • Mengalami kendala seperti sakit keras dalam perjalanan menuju Makkah.

Namun, dam tidak selalu berarti menyembelih hewan. Sahabat juga bisa membayar fidyah, seperti memberikan makanan kepada fakir miskin, berpuasa, atau bersedekah.

Baca Juga : Wajib Tahu! Ini Larangan Ihram yang Wajib Jamaah Haji Patuhi!

Hindari Pelanggaran Ihram dengan Memahami Ketentuan Dam

Terdapat empat kategori yang perlu sahabat perhatikan terkait dam: tartib dan taqdir, tartib dan ta’dil, takhyir dan ta’dil, serta takhyir dan taqdir. Makna tartib berarti bahwa sahabat yang melanggar larangan dalam ibadah haji harus membayar denda tertentu, dan tidak bisa menggantinya dengan denda lain kecuali jika sahabat tidak mampu membayarnya. Sementara itu, takhyir memberi kelonggaran untuk memilih denda lain yang setara.

Gambar 2 : Melanggar Larangan Ihram Wajib Membayar Dam Yakni Mengalirkan Darah Binatang yang Disembelih ( Sumber : murianews )

Makna taqdir adalah syariat telah menetapkan denda yang sebanding, baik secara berurutan maupun dengan pilihan, yang artinya jumlah denda telah diatur, tidak boleh lebih atau kurang. Sedangkan ta’dil berarti syariat mengarahkan sahabat untuk mencari denda lain dengan nilai yang setara berdasarkan harga.

Berikut penjelasan dari keempat kategori dam atau denda tersebut:

1. Tartib dan Taqdir

Sahabat diwajibkan menyembelih seekor kambing. Jika sahabat tidak mampu atau tidak menemukan kambing, sahabat bisa menggantinya dengan berpuasa selama 10 hari, di mana 3 hari dilakukan saat menjalankan ibadah haji, dan 7 hari sisanya di kampung halaman. Jika sahabat tidak sanggup berpuasa, baik karena alasan kesehatan atau alasan syar’i lainnya, sahabat dapat menggantinya dengan membayar 1 mud/hari (setara 675 gram atau 0,7 liter) senilai makanan pokok.

Denda ini berlaku bagi sahabat yang melaksanakan haji tamattu’, haji qiran, atau yang melakukan beberapa pelanggaran wajib haji, seperti: tidak berniat (ihram) dari miqat makani, tidak mabit di Muzdalifah atau Mina tanpa alasan syar’i, tidak melontar jumrah, atau tidak melakukan tawaf wada’.

2. Tartib dan Ta’dil

Jika sahabat melakukan hubungan suami istri sebelum tahallul awal dalam ibadah haji, atau sebelum menyelesaikan rangkaian umrah, denda yang dikenakan adalah menyembelih seekor unta. Jika sahabat tidak mampu, maka bisa diganti dengan menyembelih sapi, atau jika masih tidak mampu, bisa menyembelih 7 ekor kambing. Bila sahabat tetap tidak mampu, denda bisa digantikan dengan memberi makan fakir miskin senilai harga unta. Jika masih tidak memungkinkan, sahabat bisa berpuasa sejumlah mud (1 mud = 675 gram) yang setara dengan harga unta.

Denda ini harus dibayar sejak pelanggaran terjadi, tetapi semua rangkaian ibadah haji atau umrah tetap harus diselesaikan. Namun, sahabat wajib mengulang ibadah haji atau umrah karena tidak sah.

Jika sahabat tertahan atau terhalang melaksanakan haji setelah berihram, denda yang dikenakan adalah menyembelih seekor kambing dan mengguntik rambut sebagai tahallul. Jika sahabat tidak mampu, denda bisa digantikan dengan memberi makan fakir miskin senilai harga kambing atau berpuasa sesuai jumlah mud yang setara dengan harga kambing.

3. Takhyir dan Ta’dil

Denda ini berlaku jika sahabat berburu atau membunuh binatang buruan di Tanah Haram setelah berihram, atau menebang pohon di Tanah Haram Mekkah (kecuali pohon yang sudah kering). Sahabat dapat memilih salah satu dari denda berikut: menyembelih binatang yang sebanding dengan binatang buruan; memberi makan fakir miskin di Mekkah senilai binatang buruan; atau berpuasa sesuai jumlah mud yang setara dengan harga binatang tersebut.

4. Takhyir dan Taqdir

Jika sahabat mencabut, membuang, atau menggunting rambut atau bulu tubuh; memakai pakaian terlarang saat ihram; atau mengecat/memotong kuku dan menggunakan wewangian, sahabat bisa memilih salah satu denda ini: menyembelih seekor kambing, bersedekah kepada 6 orang fakir miskin (masing-masing 2 mud), atau berpuasa 3 hari.

Untuk pelanggaran yang lebih serius seperti hubungan suami istri setelah tahallul awal, dendanya bisa berupa menyembelih seekor unta, bersedekah senilai harga unta, atau berpuasa sesuai jumlah mud makanan yang setara dengan harga unta.

Penjelasan ini diambil dari kitab Al-Majmu’ ala Syarhil Muhadzab karya Imam An-Nawawi, yang mengutip pendapat Imam Rafi’i terkait denda bagi jamaah yang melanggar larangan ihram.

Wajib Tahu! Ini Larangan Ihram yang Wajib Jamaah Haji Patuhi!

Berihram adalah salah satu rukun penting dalam ibadah haji. Rukun haji sendiri adalah serangkaian amalan yang wajib dilakukan dan tidak bisa digantikan oleh amalan lain, meskipun dengan membayar dam. Jika salah satu rukun ini dilewatkan, maka ibadah haji sahabat dianggap tidak sah.

Gambar 1 : Jamaah Haji Wajib Menunaikan Rukun Haji dengan Baik dan Benar

Oleh karena itu, penting sekali bagi sahabat untuk memahami setiap langkah dalam berihram, mulai dari niat hingga tata cara pelaksanaannya. Dengan menjalankan rukun haji ini dengan baik, sahabat akan semakin dekat untuk meraih haji yang mabrur. Pastikan juga sahabat mempersiapkan diri dengan baik sebelum memulai perjalanan suci ini, agar semua amalan bisa dilakukan dengan sempurna.

Memahami Larangan Dan Hal Penting yang Harus Jamaah Hindari 

Dalam menjalankan ibadah haji dan umrah, sahabat perlu memahami bahwa setelah berniat ihram, beberapa larangan mulai berlaku. Proses ini ditandai dengan mengenakan pakaian ihram, berangkat dari miqat, dan berniat untuk ber-ihram.

Sahabat yang telah melakukan ini disebut “muhrim”. Istilah “ihram” sendiri berasal dari kata “haram,” yang artinya terlarang. Secara bahasa, ihram bermakna menahan diri dari hal-hal yang dilarang.

Gambar 2 : Jamaah Haji Wajib Memahami Larangan Ihram Saat Melakukan Ibadah Haji

Beberapa larangan ihram yang harus sahabat perhatikan antara lain:

  1. Mengenakan pakaian berjahit,
  2. Memakai tutup kepala bagi laki-laki,
  3. Menutup wajah bagi perempuan,
  4. Mengurai rambut,
  5. Mencukur atau mencabut rambut di kepala maupun tubuh,
  6. Memotong kuku,
  7. Memakai wangi-wangian,
  8. Membunuh binatang buruan,
  9. Memotong pohon atau mencabut rumput,
  10. Melangsungkan akad nikah,
  11. Melakukan hubungan badan.

Panduan Pakaian Ihram, Aturan untuk Jamaah Pria dan Wanita

Untuk jamaah pria, pakaian ihram terdiri dari dua lembar kain yang tidak berjahit. Satu lembar untuk menutup bagian bawah, mulai dari pusar hingga setengah betis, dan satu lembar lagi untuk bagian atas. Jika cuaca terasa dingin, terutama bagi sahabat yang berusia lanjut atau memiliki kondisi fisik yang kurang kuat, penutup bagian atas boleh dirangkap dengan dua lembar kain agar lebih hangat.

Baca Juga : Haji 2025 Mulai Awal Mei! Ini Pesan Penting dari Kemenag untuk Jemaah!

Gambar 3 : Aturan Dalam Pakaian Ihram Bagi Jamaah Haji Pria dan Wanita

Saat thawaf atau mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh kali, sahabat pria harus membuka pundak kanan. Namun, sebelum dan sesudah thawaf, kedua pundak harus tetap tertutup. Bagi jamaah perempuan, pakaian ihram adalah yang berjahit, menutupi seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan.

Semoga dengan menjaga serta memahami rukun dan larangan berihram, ibadah haji sahabat berjalan lancar dan diterima oleh Allah. Persiapan yang matang dan pemahaman yang baik akan membantu sahabat menjalani setiap tahap dengan penuh keikhlasan.