Sudah Tahu? Ini Daftar 11 Penyakit yang Bikin Gagal Istitha’ah Saat Haji!

Saat menjalankan ibadah haji, sahabat, kemampuan fisik dan kesehatan (istithaah) menjadi hal yang sangat penting. Baik Pemerintah Arab Saudi maupun Indonesia telah menetapkan bahwa istithaah kesehatan adalah syarat wajib bagi jemaah yang akan menunaikan haji.

Gambar 1 : Istitha’ah Menjadi Hal Penting Bagi Jamaah Saat ingin Melaksanakan Ibadah Haji ( Sumber : Detik.com )

Istithaah kesehatan haji ini merujuk pada kemampuan fisik dan mental seseorang untuk melaksanakan ibadah haji tanpa membahayakan diri sendiri atau orang lain. Artinya, sahabat harus memiliki kondisi kesehatan yang baik dan mampu menjalani berbagai aktivitas fisik yang cukup menantang selama haji.

Mengapa ini penting? Ibadah haji melibatkan banyak kegiatan fisik seperti berjalan jauh, berdiri dalam waktu lama, serta berdesakan dengan jutaan jemaah lainnya. Kondisi kesehatan yang prima sangat diperlukan agar sahabat bisa menjalankan ibadah ini dengan aman dan terhindar dari risiko kesehatan serius. Ketentuan ini diatur dalam Keputusan Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Nomor 83 Tahun 2024, yang juga mengatur teknis pelaksanaan pembayaran pelunasan Bipih Reguler Tahun 1445 Hijriah/2024 Masehi.

Syarat Istitha’ah untuk Menunaikan Ibadah Haji yang Lancar

Beberapa syarat kesehatan yang perlu sahabat penuhi agar dianggap memenuhi istitha’ah haji antara lain:

  1. Bebas dari penyakit menular atau kronis
    Sahabat tidak boleh menderita penyakit yang bisa membahayakan diri sendiri maupun orang lain, seperti penyakit menular atau kondisi kronis yang tidak terkendali.
  2. Kondisi fisik yang kuat
    Ibadah haji memerlukan stamina dan daya tahan tubuh yang baik. Sahabat perlu memiliki fisik yang prima untuk bisa menjalani seluruh rangkaian ibadah dengan lancar.
  3. Mampu mengelola penyakit dengan baik
    Jika sahabat memiliki kondisi kesehatan tertentu, pastikan penyakit tersebut dapat dikelola dengan baik sehingga tidak mengganggu pelaksanaan ibadah haji.

Baca Juga : Waspada Penipuan! Kemenag Tak Pernah Adakan Undian Umrah Gratis

11 Penyakit yang Membatasi Istitha’ah Kesehatan Ibadah

Terdapat beberapa kondisi kesehatan yang membuat seseorang dianggap belum memenuhi syarat istitha’ah untuk melaksanakan ibadah haji.

Gambar 2 : Ada Beberapa Kondisi Penyakit yang Membatasi Istitha’ah

Berikut ini adalah 11 penyakit yang perlu sahabat perhatikan:

  1. Penyakit Jantung Koroner
    Penyakit jantung koroner terjadi ketika pembuluh darah di jantung mengalami penyempitan atau penyumbatan, sehingga aliran darah ke jantung menjadi terhambat. Kondisi ini bisa memicu serangan jantung mendadak yang sangat berisiko, terutama saat menjalani ibadah haji yang membutuhkan aktivitas fisik cukup berat.
  2. Hipertensi Tidak Terkontrol
    Hipertensi atau tekanan darah tinggi yang tidak terkendali dapat meningkatkan risiko serangan jantung atau stroke. Dengan banyaknya aktivitas fisik dan potensi stres selama haji, penting bagi sahabat memastikan tekanan darah sahabat dalam kondisi terkendali sebelum berangkat.
  3. Diabetes Mellitus Tidak Terkontrol
    Diabetes yang tidak terkontrol dapat menyebabkan komplikasi serius seperti infeksi, masalah ginjal, dan gangguan penglihatan. Pengelolaan diabetes yang kurang baik bisa membuat ibadah haji menjadi tidak lancar dan berpotensi menimbulkan masalah kesehatan lainnya.
  4. Penyakit Paru Kronis (COPD)
    COPD, atau penyakit paru obstruktif kronis, membuat sahabat kesulitan bernapas karena adanya penyempitan saluran udara. Aktivitas fisik yang intens selama haji dapat memperburuk gejala, sehingga penting untuk mempertimbangkan kondisi ini dengan serius.
  5. Gagal Ginjal
    Gagal ginjal adalah kondisi di mana ginjal tidak lagi berfungsi dengan baik untuk membuang zat-zat sisa tubuh. Sahabat yang membutuhkan perawatan seperti dialisis mungkin akan mengalami kesulitan selama haji karena perawatan ini sulit dilakukan di sana.
  6. Gangguan Mental Berat
    Gangguan mental seperti skizofrenia atau gangguan bipolar yang tidak terkontrol bisa mengganggu sahabat dalam menjalankan ibadah haji dengan baik. Kondisi ini bisa memicu perilaku yang tidak terduga dan berisiko, baik untuk sahabat maupun jamaah lainnya.
  7. Penyakit Menular Aktif
    Penyakit menular seperti tuberkulosis atau hepatitis B dan C yang belum ditangani dengan baik dapat menyebar ke jamaah haji lain. Oleh karena itu, penderita penyakit menular aktif disarankan untuk menunda keberangkatan hingga kondisi kesehatannya lebih baik.
  8. Kanker Stadium Lanjut
    Pasien dengan kanker stadium lanjut biasanya memiliki kondisi fisik yang sangat lemah dan memerlukan perawatan intensif. Perjalanan jauh serta aktivitas fisik yang berat selama haji bisa memperburuk kondisi ini, sehingga perlu pertimbangan lebih lanjut.
  9. Penyakit Autoimun Tidak Terkontrol
    Penyakit autoimun seperti lupus atau rheumatoid arthritis yang tidak terkelola dengan baik dapat menyebabkan komplikasi serius. Sahabat perlu penanganan medis yang intensif untuk memastikan kesehatan tetap terjaga selama ibadah haji.
  10. Stroke
    Sahabat yang baru saja mengalami stroke mungkin masih dalam tahap pemulihan dan memerlukan perawatan yang intensif. Risiko stroke berulang juga cukup tinggi, sehingga mereka yang baru pulih dari stroke dianggap belum memenuhi syarat kesehatan untuk berangkat haji.
  11. Epilepsi Tidak Terkontrol
    Epilepsi yang tidak terkontrol dengan baik bisa menyebabkan kejang tiba-tiba, yang tentu sangat berbahaya, terutama di tengah keramaian jamaah. Pengelolaan yang tepat sangat diperlukan untuk memastikan kondisi sahabat tetap aman selama melaksanakan ibadah haji.

Semoga penjelasan ini membantu sahabat dalam memahami lebih baik tentang kondisi-kondisi kesehatan yang perlu diperhatikan sebelum menunaikan ibadah haji!

Lindungi Diri dari Virus MPOX! Cegah Penularan dengan Pencegahan yang Tepat!

Saat ini, dunia sedang menghadapi ancaman serius dengan merebaknya virus cacar monyet atau MPOX di beberapa negara.

Gambar 1 : Virus MPOX atau biasa dikenal dengan Monkeypox atau Cacar Monyet

Pada 14 Agustus yang lalu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahkan telah menetapkan virus MPOX ini sebagai Darurat Kesehatan Masyarakat Internasional. Ancaman ini tentu menjadi perhatian utama, termasuk di Indonesia.

Kebijakan Wajib Pengisian Formulir SATUSEHAT bagi Penumpang Internasional

Untuk mencegah penyebaran virus ini di Tanah Air, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI telah mengambil langkah tegas dengan mewajibkan seluruh penumpang penerbangan internasional, termasuk para jemaah umrah, untuk mengisi formulir SATUSEHAT di situs resmi sshp.kemenkes.go.id.

Gambar 2 : Pengisian Formulir SATUSEHAT Sebagai Salah Satu Langkah Pencegahan ( Sumber : Kemkes.go.id )

Formulir ini berfungsi sebagai sarana pelaporan kesehatan, mirip dengan aplikasi PeduliLindungi yang digunakan selama pandemi COVID-19. Penumpang wajib mengisi data sebelum keberangkatan ke Indonesia dan setibanya di Indonesia, petugas karantina kesehatan akan memeriksa status kesehatan mereka.

Jika status sahabat hijau, yang berarti tidak ada gejala atau riwayat kontak dengan penderita, sahabat dapat melanjutkan perjalanan ke imigrasi tanpa masalah. Namun, jika status merah, yang menunjukkan adanya gejala, sahabat perlu menjalani pemeriksaan atau pengobatan terlebih dahulu untuk memastikan tidak membawa penyakit yang bisa menyebar ke keluarga atau orang terdekat di rumah.

Sebagai tambahan, Maskapai Saudia Airlines juga telah mengumumkan kebijakan serupa. Mulai 29 Agustus 2024, seluruh penumpang internasional yang tiba di Indonesia diwajibkan untuk mengisi formulir SATUSEHAT. Ini merupakan upaya bersama untuk menjaga keamanan kesehatan nasional dan mencegah masuknya penyakit dari luar negeri.

Baca Juga : Meningitis Mengancam Jemaah Umrah? Pemerintah Lakukan Penelitian untuk Temukan Jawabannya!

Masa Inkubasi dan Gejala Awal MPOX

Cacar monyet sendiri memiliki masa inkubasi 5-21 hari sejak seseorang terinfeksi virus monkeypox. Gejala awal yang perlu sahabat waspadai meliputi sakit kepala hebat, demam tinggi (38.5–40.5°C), nyeri otot, sakit punggung, kelelahan ekstrem, menggigil, keringat dingin, dan pembengkakan kelenjar getah bening.

Sekitar 1-3 hari setelah mengalami demam, ruam akan mulai muncul di wajah dan kemudian menyebar ke seluruh tubuh. Bagian tubuh yang biasanya paling terkena ruam adalah tangan, kaki, dan wajah. Ruam ini biasanya dimulai dengan bintik-bintik kecil yang kemudian berubah menjadi lenting atau vesikel, yaitu lepuhan berisi cairan. Dalam beberapa waktu, lenting-lenting ini akan mengering dan membentuk kerak.

Gambar 3 : Gejala MPOX yang utama dalam periode erupsi kulit adalah munculnya ruam pada kulit

Oleh karena itu, penting bagi sahabat untuk selalu waspada dan segera mencari pertolongan medis jika mengalami gejala-gejala tersebut.

Pentingnya Pencegahan Virus MPOX dan Kesiapan Jemaah Umrah

Selain upaya dari pemerintah Indonesia, Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi juga memberikan perhatian khusus terhadap kesehatan jemaah umrah. Mereka mengimbau agar para jemaah senantiasa mengenakan masker wajah selama beribadah, khususnya di area Masjidil Haram. Imbauan ini bertujuan untuk melindungi diri sahabat dari penyakit yang mungkin tersebar di antara jemaah lainnya.

“Jemaah yang terhormat, pastikan umrah Anda aman dan sehat dengan mengenakan masker selama menjalankan ibadah untuk melindungi diri Anda dan orang-orang di sekitar Anda,” demikian pesan yang disampaikan oleh Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi melalui X.

Gambar 4 : Pastikan Selalu Melindungi Diri Ketika Melaksanakan Ibadah Umrah

Selain memakai masker yang kering dan bersih, sahabat juga diimbau untuk rutin mencuci tangan dan menjaga makanan dari sumber kontaminasi. Kementerian Kesehatan Arab Saudi bahkan merekomendasikan agar sahabat menghindari kontak langsung atau meminjamkan barang pribadi kepada orang yang tampak sakit.

Tidak hanya itu, bagi sahabat yang berusia lanjut, disarankan untuk menghindari paparan sinar matahari langsung selama beribadah dan meminum air mineral dalam jumlah yang cukup.

Sebelum berangkat ke Tanah Suci, sahabat juga disarankan untuk mempersiapkan fisik dengan memperbanyak intensitas berjalan kaki, menjaga pola makan, dan memastikan istirahat yang cukup. Langkah-langkah ini akan membantu sahabat menjalani ibadah umrah dengan lebih nyaman dan aman.

Dengan berbagai langkah pencegahan ini, semoga sahabat dapat menjalani ibadah umrah dengan tenang, sehat, dan terlindungi dari berbagai ancaman kesehatan yang ada. Tetaplah waspada, jaga kesehatan, dan selalu patuhi anjuran yang telah diberikan.

Meningitis Mengancam Jemaah Umrah? Pemerintah Lakukan Penelitian untuk Temukan Jawabannya!

Penelitian penting sedang dilakukan untuk melindungi para jamaah umrah dari risiko penyakit meningitis meningokokus. Dalam hal ini, Kementerian Kesehatan bekerja sama dengan Bio Farma dan RSPI Sulianti Suroso untuk melaksanakan surveilans carrier meningokokus.

Gambar 1 : Pemerintah Menyelidiki Penyebab Penularan Meningitis di Kalangan Jemaah Umrah ( Sumber : Himpuh.or.id )

Diharapkan, upaya ini dapat membantu dalam mencegah dan mengendalikan penyakit meningitis meningokokus bagi para sahabat yang menjalankan ibadah umrah di Indonesia. Selain itu, penelitian ini juga mendukung kebijakan pemerintah dalam memastikan kesehatan dan keselamatan para jamaah.

Data Meningitis Indonesia Menjadi Kasus Tertinggi 

Berdasarkan data yang tersedia, pada tahun 2016, tercatat bahwa Indonesia mengalami 78.018 kasus meningitis dengan 4.313 kematian akibat penyakit ini.

Gambar 2 : Meningitis Merupakan Peradangan Membran Otak dan Sumsum

Hal ini menjadikan Indonesia sebagai negara dengan jumlah kasus dan tingkat kematian tertinggi di Asia Tenggara. Di tahun-tahun sebelumnya, pada 2015, 2016, dan 2017, jumlah kasus suspek meningitis di Indonesia masing-masing mencapai 339, 279, dan 353 kasus.

Lebih lanjut, data dari Vemela pada tahun 2021 menunjukkan bahwa angka kejadian meningitis pediatrik di Indonesia diprediksi akan terus meningkat dengan tingkat kematian yang mencapai 18-40 persen.

Baca Juga : Kemenag Pastikan Kuota Haji Bukan untuk Diperjualbelikan!

Pentingnya Kesadaran dan Vaksinasi Meningitis

Menurut dr. Yudi Pramono, Plt Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan, penelitian ini merupakan bagian dari upaya yang berkelanjutan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, khususnya sahabat sekalian, mengenai pentingnya perlindungan terhadap paparan meningitis.

Vaksin Meningitis untuk Jemaah Umroh dan Haji
Gambar 3 : Vaksin Meningitis untuk Jemaah Umroh dan Haji

Dilansir dari Himpuh.or.id, dalam pernyataannya pada Kamis, 22 Agustus 2024, dr. Yudi juga menjelaskan “Hasil penelitian ini akan menguatkan kebijakan vaksinasi meningitis bagi jamaah umrah. Kami juga menekankan perlunya sosialisasi kepada jamaah terkait tujuan dan manfaat vaksinasi,”

Beliau menekankan pentingnya sosialisasi kepada jamaah mengenai tujuan dan manfaat dari vaksinasi tersebut. Dengan demikian, sahabat diharapkan dapat lebih memahami betapa pentingnya vaksinasi sebagai langkah pencegahan terhadap risiko meningitis yang bisa mengancam kesehatan.

Perkuat Penanganan Meningitis dengan Kerjasama Bio Farma dan RSPI

Meningitis meningokokus adalah kondisi medis serius yang mengakibatkan peradangan pada selaput otak dan sumsum tulang belakang, yang disebabkan oleh bakteri Neisseria meningitidis. Penyakit ini sangat berbahaya karena dapat mengakibatkan kerusakan saraf di otak dan berpotensi menyebabkan kelumpuhan pada penderitanya.

Saat ini, di Indonesia, belum terdapat sistem pemantauan yang memadai untuk mendeteksi kasus meningitis meningokokus, khususnya di kalangan jamaah umrah.

Gambar 4 : Bio Farma dan RSPI Sulianti Saroso Bekerja Sama untuk penelitian surveilans meningitis meningokokus ( Sumber : @biofarmaid )

Direktur Utama Bio Farma Group, Shadiq Akasya, menegaskan bahwa kerjasama ini bertujuan untuk memperkuat ketahanan kesehatan masyarakat Indonesia. “Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang life science, kami ingin berkontribusi dalam menjaga kesehatan masyarakat, salah satunya melalui pengadaan vaksin. Kami berharap penelitian ini dapat mendukung kebijakan Kementerian Kesehatan terkait vaksinasi meningitis bagi jamaah umrah,” ujarnya dengan penuh semangat.

Sementara itu, Direktur Utama RSPI Sulianti Saroso, dr. Alvin Kosasih, mengungkapkan dukungannya terhadap penelitian ini, terutama dalam upaya pengendalian penyakit. “RSPI siap mendukung kegiatan penelitian ini sebagai bagian dari pilar penelitian di rumah sakit. Kami berharap kerja sama ini dapat terus berlanjut pada penelitian-penelitian selanjutnya,” tambahnya dengan optimis.