Pintu Raksasa Ada di Masjidil Haram? Terbesar dan Tertinggi di Dunia

Masjidil Haram, tempat suci umat Islam yang penuh makna, juga tak lepas dari keindahan arsitektur yang merupakan ciptaan manusia.

Gambar 1 : Kemegahan Pintu Raksasa di Masjidil Haram

Salah satu keajaiban arsitektur yang patut dibanggakan adalah Pintu Raja Abdullah bin Abdulaziz, yang tak hanya terbesar namun juga tertinggi di dunia.

Megahnya Pintu Raja Abdullah bin Abdulaziz 

Menjadi pintu nomor 100, Pintu Raja Abdullah memiliki dimensi yang mengesankan. Dengan tinggi mencapai 13,3 meter, lebar 7,7 meter, dan berat mencapai 14 ton, pintu ini bukanlah sekadar akses masuk biasa, namun juga simbol kemegahan struktur bangunan Masjidil Haram.

Dikelilingi oleh tiga lengkungan luar dan tiga lengkungan dalam, pintu ini memancarkan kemegahan aristektural yang tiada tanding.

Gambar 2 : Arsitektur Mewah Pintu Raja Abdullah Masjidil Haram

Selain dimensi yang luar biasa, Pintu Raja Abdullah juga dihiasi dengan tiga balkon yang menghiasi tengah gerbang bersejarah tersebut.

Tak hanya itu, terdapat juga dua menara yang menjulang tinggi, menjadikannya berbeda dari pintu masuk lainnya di Masjidil Haram. Semua elemen-elemen tersebut menjadikan Pintu Raja Abdullah bukan sekadar sebuah pintu masuk, namun juga sebuah monumen bersejarah yang memukau.

Dalam sebuah laporan dari Badan Umum Perawatan Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, disebutkan bahwa jumlah total pintu masuk yang ada di Masjidil Haram adalah sebanyak 210 buah.

Setiap pintu dilengkapi dengan tanda penunjuk digital yang memberi tahu apakah masih ada kapasitas untuk jamaah masuk atau sudah penuh. Warna hijau akan menyala jika masih ada ruang kosong, sedangkan warna merah akan menyala jika kapasitas masjid sudah mencapai batasnya.

Baca Juga : Semarak Karnaval Kurma di Buraidah! Perayaan Terbesar Kurma di Dunia!

Pentingnya Pengaturan Jamaah di Masjidil Haram

Pentingnya pengaturan di sekitar area pintu masuk tak dapat diabaikan. Untuk menjaga kelancaran arus lalu lintas jamaah dan memastikan kenyamanan bagi mereka yang beribadah di Masjidil Haram, beberapa petugas bertugas dengan penuh dedikasi.

Mereka bertugas mengatur alur pergerakan sehingga semua orang dapat masuk dan keluar dengan tertib dan aman.

Gambar 3 : Jalan Menuju Pintu Raja Abdullah

Pintu Raja Abdullah bin Abdulaziz bukan sekadar sejumlah besi dan batu yang disusun sedemikian rupa. Ia adalah simbol kemegahan, keagungan, dan keindahan yang mencerminkan kebesaran Islam.

Melalui keunikan arsitektur, Masjidil Haram tak hanya menjadi tempat ibadah, namun juga destinasi wisata religi dan budaya yang menakjubkan.

Dengan segala keistimewaannya, Pintu Raja Abdullah patut menjadi objek kekaguman dan kebanggaan umat Muslim di seluruh dunia. Sebuah bukti nyata bahwa kebesaran Allah dapat tercermin dalam karya-karya ciptaan manusia yang megah dan memukau.

Maqam Ibrahim Ternyata Bukan Kuburan, Inilah Sejarah dan Keutamaannya!

Maqam Ibrahim Ternyata Bukan Kuburan, Inilah Sejarah dan Keutamaannya!

Banyak yang salah kaprah menganggap Maqam Ibrahim di Masjidil Haram adalah kuburan. Namun, ternyata bangunan ini adalah batu tempat berdirinya Nabi Ibrahim saat membangun dan meninggikan Ka’bah. Maqam dalam bahasa Arab artinya tempat berpijaknya dua kaki, berdiri, atau bangun.

Letak Maqam Ibrahim
Gambar: Maqam Ibrahim yang terletak 10-11 dari arah timur Ka’bah

Sejarah

Banyak yang meyakini, batu yang dipijak oleh Nabi Ibrahim adalah batu keramat yang diturunkan dari surga bersamaan dengan Hajar Aswad. Batu ini kemudian diambil oleh Nabi Ismail dan diberikan pada ayahnya, Nabi Ibrahim, sebagai tempat berpijak saat meninggikan Ka’bah.

Bentuk dan Letak Maqam Ibrahim

Maqam Ibrahim terletak dan berjarak 10 hingga 11 meter dari timur Ka’bah. Dilansir dari Saudi Gazette, Kepresidenan Umum untuk Urusan Dua Masjid Suci merilis foto jejak kaki Nabi Ibrahim dengan kualitas 49.000 piksel.

Foto jejak kaki Nabi Ibrahim
Gambar: Foto jarak dekat jejak kaki Nabi Ibrahim

Batu bekas jejak Nabi Ibrahim berwarna perunggu, agak kehitam-hitaman. Bentuk batunya bujur sangkar dengan panjang 40 sentimeter dan lebar serta tinggi sekitar 20 sentimeter.

Baca Juga: Le Meridien Tower: Inilah Hotel Bintang 5 Terfavorit di Mekah!

Jejak kaki Nabi Ibrahim berada di tengah-tengah batu. Panjang telapak kaki pada permukaan batu adalah 27 sentimeter dan lebarnya 14 sentimeter, dengan kedalaman jejak kaki sekitar 9-10 sentimeter.

Relokasi dan Renovasi

Menurut sejarah, bentuk bangunan yang melindungi batu jejak kaki Nabi Ibrahim ini terus mengalami perubahan. Mulanya, batu ini terletak menempel di dinding Ka’bah. Bangunan tersebut membuat area tawaf menjadi semakin sempit, seiring dengan peningkatan jumlah jamaah setiap tahunnya.

Letak Maqam Ibrahim
Gambar: Proses tawaf mengelilingi Ka’bah

Pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab, akhirnya batu jejak Nabi Ibrahim ini digeser mundur agar jamaah lebih leluasa saat melakukan tawaf.

Pada 1967, bangunan pelindung batu jejak Nabi Ibrahim diubah menjadi kotak kaca kristal, yang dilapisi emas dan perak. Bagian luarnya juga dilapisi kaca bening setebal 10 sentimeter yang tahan terhadap panas dan antipecah seperti saat ini.

Bangunan kaca pelindung Maqam Ibrahim
Gambar: Maqam Ibrahim yang dilindungi dengan bangunan kaca berlapis emas dan perak

Baca Juga: Hajar Aswad, Batu Surga yang Ternyata Pernah Dicuri

Keutamaan Maqam Ibrahim

Maqam Ibrahim juga memiliki keutamaan yaitu sebagai tempat shalat sunnah setelah menunaikan tawaf dan sebelum menuju bukit Safa-Marwah. Dalam hadits riwayat Bukhari, Umar bin Khattab pernah berkata:

“Saya bertanya pada Rasulullah, “Maukah engkau jadikan batu tempat berdirinya Nabi Ibrahim sebagai tempat untuk mengerjakan shalat?”

Maka turunlah firman Allah surah Al-Baqarah ayat 125, “Dijadikanlah sebagian Maqam Ibrahim itu sebagai tempat shalat.”

Namun, saat musim haji, tentu bukan perkara mudah untuk bisa shalat sunah tepat di area ini. Area ini dijaga ketat oleh petugas karena di tempat itu sangat padat orang yang ingin melakukan shalat sunnah.

Petugas juga mengingatkan jamaah agar tidak mengusap-usap dan berdoa di Maqam Ibrahim karena dikhawatirkan mengandung penyembahan dan penghormatan yang berlebihan.